Kamis 10 Nov 2016 01:55 WIB

Pedagang Tempe Mulai Siasati Naiknya Harga Kedelai

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang perajin melakukan proses pengeringan tempe.
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Seorang perajin melakukan proses pengeringan tempe.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Pedagang tempe di Kota Bandar Lampung mulai menyiasati naiknya harga kedelai dari Rp 7.400 per kg menjadi Rp 7.800 per kg. Kenaikan harga kedelai tersebut memicu pembuat tempe mengecilkan ukuran agar tidak merugi.

Sentra pembuat tempe di kawasan Gedung Pakuwon, Kota Bandar Lampung, Rabu (9/11), mulai resah dengan naiknya harga kedelai dalam sepekan terakhir. Harga kedelai yang terus merangkak naik akan memengaruhi biaya produksi tempe, karena pendapatan dari penjualan tempe sudah tidak sesuai dengan harga saat ini.

“Sekarang harga kedelai sudah Rp 7.800 per kg, mungkin akan naik lagi sampai Rp 8.000 per kg. Sedangkan harga jual tidak naik, bisa merugi pedagang tempe,” kata Misna, pembuat tempe di kawasan Gedung Pakuwon, Telukbetung.

Menurut dia, dengan harga kedelai yang sudah menyentuh Rp 7.800 per kg, harga jual tempe yang tidak naik masih bisa disiasati dengan mengubah bentuk dan ukuran tempe yang dijual ke pasaran. Pedagang tidak akan menaikkan harga tempe di pasaran, karena peminatnya akan berkurang.

Harga tempe di pasar tradisional masih berkisar Rp 1.000, Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per batang sesuai ukurannya. Para ibu rumah tangga kerap membeli tempe batangan dengan harga Rp 1.000. Sedangkan tempe ukuran besar menjadi konsumsi bagi pedagang gorengan dan rumah makan.

Tak hanya di Bandar Lampung, di beberapa kecamatan dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan, juga merasakan kenaikan harga kedelai. Saat ini, kedelai di tingkat pabrik tempe mencapai Rp 7.750 per kg, sebelumnya Rp 7.400 perkg. Namun, pedagang tetap tidak menaikkan harga jual tempe eceran.

 

Menurut Yanto, pedagang tempe di Pasar Sidomulyo, kenaikan harga kedelai belum memengaruhi harga tempe di pasaran. Pedagang tempe masih menjual dengan harga lama meski harga kedelai sudah beranjak naik.

Pedagang akan menyesuaikan harga dan bentuk tempe bila harga kedelai mulai menyentuh harga Rp 8.000 per kg. Pedagang yang sekaligus pembuat tempe rumahan, selalu menyiasati dengan mengubah bentuk dan ukuran tempe bila harga kedelai mulai tidak terjangkau.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement