Kamis 10 Nov 2016 13:24 WIB

Muhammadiyah Ajak Umat Menahan Diri Tanggapi Kasus Ahok

Red: Nur Aini
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir (kanan) bersama Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Muti menunggu kedatangan Presiden Joko Widodo di Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (8/11).
Foto: Republika/Wihdan
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir (kanan) bersama Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Muti menunggu kedatangan Presiden Joko Widodo di Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (8/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak umat Islam untuk menahan diri dan tidak emosional dalam menghadapi persoalan dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

"Dalam suasana yang demikian, diperlukan sikap sabar yang super ekstra. Maka, sungguh diperlukan sikap lapang hati untuk saling menahan diri. Jangan terus saling menyudutkan, menyalahkan, dan menegasikan satu sama lain," kata Haedar di Jakarta, Kamis (10/11).

Dia mengatakan umat Islam, termasuk warga Muhammadiyah, saat ini benar-benar diuji. Dalam menghadapi kasus Ahok, bukan hanya banyak yang beda cara dan strategi, tetapi mungkin juga ada yang beda pemahaman atau pandangan. Kondisi seperti ini sering terjadi dalam kehidupan umat Islam di manapun sepanjang sejarah.

Umat Islam, kata Haedar, agar menghindari ujaran dan tindakan yang dapat saling mencedarai hati satu sama lain. Jauhi tindakan yang dapat merugikan sesama umat Islam sendiri. Marwah atau kehormatan Islam sungguh dipertaruhkan dalam menghadapi situasi pelik seperti sekarang ini.

Belajar diam dan menahan diri sebagaimana tuntunan Nabi, kata dia, jauh lebih utama karena tantangan umat Islam sungguh berat. Jika di tubuh umat sendiri centang peranang, malah tidak elok. Sebaiknya Muslim mempraktikkan ukhuwah dan akhlak mulia ke dalam dan ke luar di kala memghadapi ujian berat seperti ini.

Jika menyangkut beda paham dan pandangan, kata dia, masalah dapat menjadi rumit, biasanya mengeras dan sering sulit dipertemukan. Lebih-lebih manakala masuk unsur politik di dalamnya, maka nuansanyanya dapat semakin tajam.

"Sungguh saat ini sesama umat Islam diuji kesabaran dan ketabahan diri. Buktikan ukhuwah Islam seiman di kala susana berat seperti ini. Para tokoh Islam juga diharap dapat saling tasamuh (toleransi) dan menenangkan suasana dengan menyiramkan air sejuk di hati umat," kata dia.

Dia juga berharap masyarakat memanfaatkan media sosial tidak dijadikan ajang untuk memanaskan hati dan suasana. "Semuanya diharapkan lebih seksama, bertabayun (melakukan kroscek) dan bersabar. Jangan mudah terpancing dan terprovokasi, agar umat Islam keseluruhan tetap terjaga kondusif," kata dia

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement