REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi sekaligus Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah menilai Indonesia tak akan terdampak kebijakan ekonomi Amerika Serikat setelah Donald Trump berhasil terpilih menjadi Presiden Amerika. Berbagai negara memang mengkhawatirkan janji kampanye Trump usai kemenangannya, termasuk di sektor ekonomi.
Salah satu contohnya yakni janji kebijakan ekonomi Trump terkait pengenaan tarif impor produk asal Cina dan Meksiko. Menurut Firmanzah, Indonesia tak akan terdampak oleh kebijakan tersebut lantaran sebagian besar konsumsi Indonesia merupakan konsumsi domestik.
"Ya kalau ekonomi kita sebenarnya kan 54-56 persen pembentukan PDB kita konsumsi domestik ya. Jadi kita tidak terlalu tergantung sama ekspor seperti bagaimana Singapura, Filipina, Malaysia, ekonomi mereka tergantung ekspor," kata Firmanzah di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (10/11).
Kendati demikian, ia mengingatkan agar pemerintah mampu untuk menjaga inflasi, menjaga daya beli masyarakat agar tetap tinggi, serta menciptakan lapangan kerja. Sehingga, perekonomian tanah air akan tetap membaik.
Selain itu, Firmanzah juga menilai Indonesia masih berpeluang menjadi negara tujuan investor dunia. Karena itu, menurutnya, Indonesia tak perlu terlalu mengkhawatirkan dampak kebijakan ekonomi Amerika. Ia juga berharap agar program-program kampenye Trump tidak benar-benar direalisasikan dalam pemerintahannya.
"Likuiditas global kan sebenarnya relatif cukup besar ya. Eropa masih negatif interest rate, Amerika suku bunganya juga masih cukup rendah, ini The Fed mau menaikkan suku bunga juga masih mikir-mikir, apakah mengganggu ekonomi mereka atau tidak. Sementara investor dunia usaha kan tetap pengen margin dan keuntungan. Dan mereka akan melihat negara-negara yang memiliki peluang untuk tempat investasi," jelas dia.