REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Seorang anak bernama Setio Aldi diduga menjadi korban malapraktek RSUD Syaiful Anwar (RSSA) Kota Malang. Bocah berusia 12 tahun tersebut menjalani dua kali operasi akibat patah tulang akibat kakinya tertimpa motor. Namun usai dioperasi, kakinya justru membusuk dan menyebabkan pen-pen yang dipasang mencuat keluar dari kakinya.
Awal kejadian bermula pada 10 Juni lalu ketika Setio duduk di atas motor. Ketika bercanda dengan teman-temannya, ia jatuh dan motor tersebut menimpa kaki kirinya. Orang tuanya lalu membawa ke RSU Gadang namun karena peralatan tidak memadai Setio dirujuk ke RSSA. "Malam itu juga langsung dioperasi karena hasil rontgen menunjukkan tulang di bawah lututnya patah," kisah Slamet, ayah Setio, saat ditemui di rumahnya pada Kamis (10/11).
Pada operasi pertama ini, dokter memasang pen di kaki Setio. Namun, pascaoperasi kakinya justru mati rasa dan tidak bisa digerakkan. Empat hari kemudian telapak kakinya mulai menghitam. Dokter kemudian menerangkan bahwa pembuluh di atas lutut Setio putus dan harus disambung.
Sepekan setelah operasi pertama, siswa MI Miftahul Ulum tersebut kembali dioperasi untuk menyambung pembuluh darahnya yang putus. Namun, sepulang dari RSSA kondisi kakinya tidak membaik. Padahal, pria yang sehari-hari bekerja sebagai cleaning service ini sudah menghabiskan dana Rp 40 juta untuk mengobati putranya.
"Setiap kontrol, dokter mengatakan kaki anak saya harus diamputasi, tapi dia tidak mau," kata Slamet sambil sesekali mengusap air mata.
Slamet menerangkan, ia sudah mengadukan masalah tersebut kepada Ketua Komisi D DPRD Kota Malang Imam Fauzi. "Kami diminta untuk membuat laporan resmi bagaimana kronologisnya," kata pria 42 tahun itu.
Sejak kejadian itu hingga hari ini, Setio praktis tak pernah masuk sekolah karena tak bisa berjalan. Sehari-hari ia hanya duduk di rumah dan segala aktivitasnya harus dibantu orang lain.