Kamis 10 Nov 2016 16:35 WIB

Saat Negara Lain Mulai Tertutup, Indonesia Malah Terbuka

Rep: Fuji E Permana/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak (kanan)
Foto: Republika/ Darmawan
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, saat ini dunia sedang masuk pada poros menutup diri. Fenomena keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan terpilihnya Donald Trump menjadi simbol dunia sedang menutup diri.

Ia menerangkan, melihat pernyataan Trump, Amerika sepertinya akan menjadi tidak welcome kepada orang asing. Begitu pula Inggris yang memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa.

Lain halnya dengan Indonesia yang sangat welcome dengan orang asing. "Tapi apa yang terjadi dengan kita, kita membuka lebar-lebar kemudian kita diokupasi secara ekonomi dan politik," kata Dahnil kepada Republika, Kamis (10/11).

Ia menerangkan, itu yang terjadi di sini, padahal negara yang mengaku liberal sekali pun saat ini justru mulai menutup diri. Dengan terpilihnya Trump, Amerika akan punya perspektif yang lebih tertutup secara politik dan ekonomi. Inggris justru sudah lebih dulu melakukannya dengan keluar dari Uni Eropa.

Dikatakan, Indonesia seolah-olah mau membuka diri selebar-lebarnya. Hal tersebut memang baik kalau Indonesia mampu mengontrolnya. Tapi, faktanya Indonesia diokupasi (dikuasi) karena memang imunitas ekonomi dan politik di Indonesia masih rendah.

Kondisi saat ini, menurut Dahnil, sangat berbahaya. Dampaknya sumber daya alam di Indonesia banyak yang dikuasai asing. "Lebih dari 85 persen SDA kita dikuasi oleh asing," kata Dahnil Anzar Simanjuntak menjelaskan.

Sekretaris Bidang Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri, Wahid Ridwan berpendapat, negara-negara di Eropa dan Amerika tetap terbuka. Tetapi, nasionalisme warga negara mereka mulai mengkristal. Jadi seolah-oleh mereka menjadi tidak begitu welcome pada orang asing. Hal tersebut terjadi karena mereka ingin negara mereka untuk mereka.

Ia pun mengaku sedih dan menyayangkan apa yang terjadi Indonesia saat ini. Pemerintah retorikanya demi rakyat dan sebagainya, tapi di saat yang sama mereka membunuh rakyat. "Kalau itu terjadi di barat maupun di Eropa pasti pemilihan berikutnya tidak akan terpilih pemerintahan yang seperti itu," jelasnya.

Menurutnya, kalau kondisi di Indonesia tidak segera ditanggulangi, nasionalismenya akan mengkristal tapi bukan kepada makna sebenarnya. Makna yang sebenarnya yakni nilai-nilai yang ada di Pancasila seperti keadilan sosial, adil dan beradab serta persatuan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement