REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Kelompok militan ISIS ikut ‘merayakan’ terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45. ISIS menilai kemenangan Trump merupakan awal dari kehancuran AS.
Sejumlah juru bicara dan pengikut organisasi militan Islam mengomentari hasil pemilu AS di media sosial dan di ruang percakapan daring. Salah satu pengguna, Khorasani, mengatakan meski Trump telah terang-terangan menghina berbagai kelompok minoritas seperti kaum Muslim, namun ia tetap menang. Hal tersebut membuktikan ketidaktahuan AS.
"9/11 (9 November) adalah awal kebangkitan Muslim, 9/11 akan menjadi awal dari kejatuhan Setan (Amerika) di masa ini," tulis salah satu pengikut ISIS yang dipublikasikan oleh jurnalis New York Times Rukmini Callimachi, seperti dikutip dari International Business Times, Rabu (9/10).
Beberapa pendukung ISIS mengatakan mereka percaya bahwa ambisi politik Trump dan sifat kontroversialnya merupakan sinyal penurunan AS sebagai kekuatan internasional dan membuka jalan bagi kebangkitan Islam radikal. Dukungan AS saat ini penting untuk operasi yang dipimpin Irak untuk membebaskan kubu ISIS di Mosul. “(Kami) menemukan kabar gembira tentang kematian AS segera di tangan Trump,” seperti dilaporkan Washington Post dari al-Minbar Jihad Media. Kemenangan Trump sebagai Presiden AS membawa permusuhan Muslim terhadap AS dinilai sebagai akibat dari tindakan sembrono, yang menunjukkan kebencian terbuka dan tersembunyi terhadap mereka.
Seorang pengikut Al Qaeda Abu Muhammad al-Maqdisi menulis di Twitter bahwa kemenangan Trump memperlihatkan mentalitas sebenarnya dari AS yakni rasisme terhadap Muslim dan segala sesuatu yang berkaitan dengan Arab. Juru bicara Jabhat Fatah al-Sham, Hamza al-Karibi, menyebut bahwa kemenangan Trump adalah tamparan kuat bagi mereka yang mempromosikan manfaat dari mekanisme demokrasi.
Sebelumnya, pengikut ISIS telah menunjukkan antusiasmenya ketika Trump terpilih sebagai kandidat Presiden dari Partai Republik pada Juni lalu. Kelompok militan melihat keterasingan Muslim di barat menjadi alat perekrutan ideal.
Sementara itu, Trump mengatakan akan mengambil sikap tegas terhadap ISIS. Dia mengkritik pemerintahan Presiden Barack Obama atas kesalahan penanganan intervensi di Timur Tengah. Miliarder tersebut bahkan menuduh Obama dan mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton sebaga ‘pendiri’ kelompok ekstremis.