Kamis 10 Nov 2016 19:15 WIB

Saykoji: Generasi Muda Perlu Bijak Respons Medsos

Igor Saykoji
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Igor Saykoji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musisi rap Igor Saykoji mengajak generasi muda arif dalam merespons konten-konten dalam media sosial. Terutama yang berisi hasutan dan kebencian pada sesama dan tidak sesuai dengan nilai luhur Pancasila.

"Yang penting adalah bagaimana generasi muda merespons orang lain di media sosial. Kalau responsnya sesuai dengan esensi Pancasila, maka kita menjadi punya karakter yang bangsa lain tidak miliki," kata Saykoji dalam diskusi bertema "Menyingkap Kacamata Kuda Generasi Muda" di Unika Atma Jaya, Jakarta, Kamis (10/11).

Musisi bernama asli Ignatius Rosoinaya Penyami tersebut menyoroti media sosial yang dekat dengan generasi muda justru banyak memberikan konten yang menyebarkan kebencian dan merusak paham kebersamaan.

Implikasi dari hal tersebut adalah menyebabkan generasi muda melupakan esensi Pancasila dan menjadi kurang peduli dalam melihat permasalahan sehari-hari.

Dia membenarkan bahwa teknologi telepon pintar dapat menjadi sumber informasi dan wujud perkembangan teknologi yang menarik untuk selalu diikuti, terutama oleh generasi muda.

Namun, keberadaan telepon genggam, terutama konten media sosialnya, justru membuat para penggunanya tercerabut dari nilai-nilai kehidupan bermasyarakat. "Teknologi telah menjadi kacamata kuda bagi generasi muda, yang membuat waktu mereka habis untuk mendapatkan pengakuan di media sosial. Kalau ada yang tidak sependapat kemudian dibalas demi pengakuan," kata pelantun lagu 'Online' tersebut.

Saykoji mengatakan intensitas interaksi yang buruk di media sosial tersebut menyebabkan generasi muda melupakan esensi dan nilai luhur kebangsaan, salah satunya yang terkandung di Pancasila.

Sebagai musisi, Saykoji berpendapat esensi Pancasila dapat dimasukkan dalam karya-karya seni untuk kemudian dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut dia, Pancasila bukan merupakan "mantra" yang hanya diucapkan ketika upacara saja, melainkan menjadi fondasi dalam berperilaku. "Kalau mobil kita diserempet di jalan, kita harus ingat Pancasila bagaimana merespons situasi itu. Kalau sedang antre dan ada kesempatan menyela kita juga harus teringat akan Pancasila," kata Saykoji.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement