REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Soemardjono mengatakan semakin suatu negara menguasai teknologi canggih maka semakin disegani dunia.
"Semakin menguasai teknologi itu maka daya deterrence (pencegahan) negara itu tinggi, dia akan ditakuti," kata Soemardjono di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (10/11).
Selain itu, dengan teknologi canggih, Soemardjono menuturkan Indonesia akan memiliki daya tahan lebih kokoh ketika menghadapi gangguan pertahanan dan keamanan.
Dia menambahkan perlunya kemandirian industri pertahanan sehingga tidak bersandar pada negara lain. "Manakala kita tidak mandiri maka kita akan ditentukan oleh orang lain," ujarnya.
Selain itu, Indonesia harus mandiri dalam industri pertahanan karena bangsa ini tidak memiliki aliansi sehingga harus bisa mempertahankan kedaulatannya.
"Mau tidak mau, suka tidak suka perlu ada suatu kegiatan menuju kemandirian. Kemandirian itu bukan berarti seluruh alutsista (alat utama sistem persenjataan) itu kita produksi sendiri," tuturnya.
Namun, perlu adanya pemilihan teknologi yang dibutuhkan dan bisa mendatangkan keuntungan bagi bangsa Indonesia dengan sasaran pasar dalam dan luar negeri. "Kita secara bertahap kita akan melakukan mana yang bisa kita produksi ke depannya, jangan kita bergantung 100 persen, inilah kemandirian," ujarnya.
KKIP memiliki visi mewujudkan kemandirian industri pertahanan di mana juga mendorong kemampuan bekerja sama secara internasional dan pengembangan yang berkelanjutan sehingga industri pertahanan mampu memenuhi pasar dalam negeri, dapat bersaing dengan produk luar negeri serta bekerja sama pada pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, Wakil Tim Pelaksana KKIP Eris Heriyanto menuturkan dalam bekerja sama dengan pihak asing, maka kerja sama pembelian produk dari pemilik teknologi mutakhir harus mendatangkan timbal balik berupa ofset yang berujung pada alih teknologi.
Dia memberikan contoh tiga kapal selam yang dibeli Indonesia dari Korea Selatan, yang mana dua kapal selam dibuat di Korea Selatan sementara satu kapal selam akan dibuat di Indonesia melalui PT PAL.
"Kapal selam pertama kita mengirim orang untuk 'training' (pelatihan), kapal selam kedua kita 'on job training', ikut serta, kapal selam ketiga nanti mulai Januari 2017 kita akan merakit di PT PAL," ujarnya.
Dia mengharapkan infrastruktur untuk merakit komponen-komponen kapal selam di Indonesia akan selesai pada November 2016 sehingga ketika komponen itu dikirim ke Indonesia pada Desember, maka PT PAL langsung bisa menanganinya.
Oleh karena itu, perlu sinergi secara masif antara pemerintah, pengguna dan industri untuk mendorong kemajuan industri pertahanan.