REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yakin Presiden Amerika Serikat yang baru saja terpilih, Donald Trump, tidak akan merealisasikan janji-janji kampanyenya. Janji-janji kampanye Trump tersebut memang dinilai mengkhawatirkan berbagai kalangan dunia.
"Saya meyakini tindakannya beda dari kampanyenya. Karena sulit seenaknya begitu," kata JK di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (11/11).
JK menilai, jika Trump benar-benar melaksanakan janji kampanyenya, justru juga akan membahayakan kondisi Amerika sendiri. Contohnya saja janji Trump di bidang ekonomi yang akan lebih memproteksi negaranya.
Menurut JK, sikap proteksi Trump terhadap negaranya tersebut justru akan memicu sikap tegas dari negara lainnya. "Begitu proteksionis akan dibalas dengan proteksi yang lain, begitu proteksi dibalas, orang tidak pegang dollar saja abis Amerika itu. Amerika itu kan defisit dengan cetak uang cetak uang saja, begitu tidak mau pake dollar langsung inflasinya naik Amerika itu," jelas dia.
Kendati demikian, JK menyampaikan janji program Trump yang lebih protektif terhadap negaranya justru didukung oleh kalangan pekerja di Amerika. Sebab, dengan mengurangi keberadaan imigran di Amerika akan membantu meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat yang menganggur.
Selain itu, JK juga menilai, apabila Trump menunjukan sikap islamophobia maka akan berpengaruh terhadap para investor di negaranya, khususnya investor asal Timur Tengah. "Tapi dia juga bisa masalah dengan investor Amerika khususnya Timur Tengah, kalau dia Islamophobia pasti investor Timur Tengah yang banyak di Amerika juga pasti banyak yang tinggalkan. Sama dengan Cina. Kalau proteksionis Cina tidak akan membeli bon Amerika. Kalo semua orang tidak mau membeli bon Amerika dollar langsung hancur," ucap JK.
Apabila janji kampanye tersebut direalisasikan, maka JK juga tak membantah akan berdampak terhadap perdagangan dan ekspor Indonesia. Sebab, kebijakan proteksi Amerika juga akan mempengaruhi sektor perekonomian Cina dan Jepang.
"Kalau dulu itu kan semua barang 90 persen Made In China kalau masuk ke toko, baju sepatu lah tapi begitu dia orang itu maka bisnis ekonomi Cina langsung menurun. Maka ekspor kita ke Cina akan menurun bahan bakunya," jelas dia.