Jumat 11 Nov 2016 17:52 WIB

'Kami tak Mau Golkar Kena Dampak Kemarahan Publik pada Ahok'

Rep: Amri Amirullah/ Red: Ilham
Ahmad Dolly Kurnia (kiri).(Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ahmad Dolly Kurnia (kiri).(Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap Partai Golkar yang mencopot Fadel Muhammad dari struktur kepartaian beringin disesalkan Tokoh Muda Golkar, Ahmad Dolly Kurnia. Menurutnya, sangat disayangkan apabila ada kader yang dipecat dengan alasan yang terkait dengan Ahok.

"Apalagi salah satu kader yang diberhentikan adalah Fadel Muhammad, yang tidak  diragukan lagi kiprah dan ke-Golkar-an selama ini," ujar Dolly kepada Republika.co.id, Jumat (11/11).

Menurutnya, dengan gerakan anti-Ahok yang sudah melibatkan jutaan masyarakat dan menyebar di seluruh tanah air, memang sudah seharusnya Golkar meninjau kembali dukungannya terhadap gubernur pejawat ini. Saat ini, lanjutnya, suara kader dan warga Golkar pun sudah begitu massif untuk menolak Ahok.

Justeru yang meminta Golkar untuk menarik dukungannya terhadap Ahok adalah kader-kader yang peka, aspiratif, serta cinta, dan sayang terhadap Golkar. "Kami tidak mau melihat Golkar ikut kena dampak dan menjadi korban ketidaksukaan dan kemarahan publik terhadap Ahok," ujarnya.

Jadi Elite partai di Golkar jangan kehilangan sensitivitasnya dalam melihat realitas di masyarakat. Apalagi selama ini jargoannya adalah "Suara Rakyat Suara Golkar". Malah seharusnya yang harus dipersoalkan adalah sikap dan prilaku kader yang justeru telah ikut menambah buruk citra Golkar, seperti Nusron Wahid.

Nusron menurut dia, telah memperburuk Golkar dengan pernyataan-pernyataan dan sikapnya yang melecehkan Ulama dan mengingkari ajaran Islam, yang menambah kemarahan publik. Apabila Golkar masih terus di depan ikut membela Ahok, maka itu sama saja dengan ikut membenarkan tindakan penistaan agama. "Dan itu sejatinya telah mengingkari nilai-nilai yang selama ini menjadi Doktrin Partai Golkar," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement