Jumat 11 Nov 2016 18:57 WIB

Pertumbuhan Industri Otomotif Tertahan

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
ilustrasi kegiatan di industri otomotif.
Foto: (FOTO ANTARA/Rosa Panggabean )
ilustrasi kegiatan di industri otomotif.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perlambatan perekonomian nasional dan global turut memukul industri otomotf. Executive General Manager Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, tren kenaikan penjualan kendaraan bermotor dari 2012 menurun pada 2015.

Pertumbuhan industri otomotif khususnya kendaraan mobil dan truk yang dijual TAM meningkat pada 2012 dengan capai 1,098 juta kendaraan. Nilai ini kemudian naik menjadi 1,219 juta unit pada 2013. Sayang tren positif ini perlahan menurun hingga jumlah yang dijual hanya berada di angka 1,031 juta unit pada 2015.

Fransiscus menerangkan, penurunan ini bukan hanya diarasakan oleh perusahaanya. Sejumlah perusahaan otomotif lain pun telah terdampak pengaruh perekonomian yang belum juga pulih. Pada 2016 hingga oktober 2016, penjualan kendaraan oleh PT TAM baru mencapai angka 871 ribu unit. Jumlah ini diprediksi akan mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan perekonomian pada semester II 2016.

"Prediksi kami kalau bagus ini perkiraan akhir tahun kendaraan yang terjual mencapai 1,080 juta," kata Fransiscus dalam diskusi Industri dan Otomotif, di Jakarta, Jumat (11/11).

Menurut Fransiscus, selain persoalan perekonomian global terdapat sejumlah hal yang akan mempengaruhi pertumbuhan industri otomotif yakni regulasi pemerintahan. Kerja sama free trade agreement (FTA) dengan sejumlah negara bisa memberikan dampak baik karena kendaraan produksi Indonesia bisa banyak diperjulanbelikan di negara tersebut. Selain itu adanya program  pengampunan pajak (tax amnesty) diprediksi membuat masyarakat yang ikut serta bisa membelanjakan uang mereka untuk keperluan otomotif.

Meski demikian adanya isu penggunaan standar emisi gas buang Euro 4 yang akan disiapkan pemerintah bisa jadi mengganjal produksi kendaraan otomotif. Sebab belum semua kendaraan yang diproduksi oleh industri dalam negeri bisa memenuhi standar tersebut. Hal ini juga dikarenakan karena bahan bakar yang dijual di dalam negeri belum bisa mendukung peningkatan emisi gas buang dari Euro 2 menjadi Euro 4.

Pada 2017, industri otomotif kemungkinan akan mengalami peningkatan. Namun, jumlah kendaraan yang terjual pun angkanya tidak akan berbeda dengan penjulana pada 2016. Kemungkinan pertumbuhannya sekitar 3-6 persen selama 2017. " tapi mungkin ada naik palingan empat persen," kata Fransiscus.

Hal senada diungkapkan Marketing Division Head PT Isuzu astra motor Indonesia Attias Asril. Dia mengatakan bahwa pertumbuhan penjualan mobil di Isuzu masih belum signifikan. Hingga kuartal III kendaraan yang dijual baru sekitar 16,476 ribu unit kendaraan. Padahal pada kuartal yang sama tahun lalu nilainya mencapai 19,094 unit kendaraan.

Dari enam jenis kendaraan yang dimiliki Isuzu, lima jenis kendaraan jumlah penjulannya anjlok. Hanya jenis D-Max yang mengalami peningkatan penjualan."Ini tertolong peningkatan penjualan di semester II," ujarnya.

Sementara di sektor kedaraan roda dua, penjualan justru masih negatif. Secara keseluruhan penjualan kendaraan roda dua telah mengalami minus delapan persen pada kuartal III. Penurunan ini masih diprediksi meningkat karena intensitas pembelian motor masih belum bagus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement