REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) menginformasikan bahwa, kondisi beberapa atlet yang mengikuti tes kesehatan dari Senin (7/11) hingga Jumat (11/11) mengalami penurunan pascamengikuti PON 2016 di Jawa Barat. Namun, penurunan kondisi fisik dinilai masih pada batas wajar. “Setelah mengikuti PON mereka pulang ke kampung halaman, berat badan naik dan kemampuan fisik menurun,” ujar Manajer Strength & Conditioning Satlak Prima Kelana Sukma di Jakarta, Jumat (11/11).
Kelana melanjutkan, apapun hasil tes fisik dan kesehatan yang secara resmi diberikan pada Ketua Satlak Prima Achmad Soetjipto, Senin (14/11), itu akan dijadikan acuan untuk menyusun program menuju SEA Games 2017 di Malaysia. Adapun rangkaian tes fisik sejak Senin hingga Jumat tersebut diikuti oleh 215 atlet dari 28 cabang olahraga dan dilaksanakan di Stadion Atletik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun.
Tes diadakan untuk melihat beberapa aspek fisik atlet seperti kapasitas penyaluran oksigen tubuh (VO2 max) dan daya tahan non-oksigen (anaerobic endurance). Namun, tidak semua cabang olahraga mendapatkan materi yang sama. Misalnya untuk atlet bela diri seperti karate, tinju, dan taekwondo, ada porsi khusus untuk tes kekuatan (power test). “Untuk tinju, juga ada uji daya tahan kekuatan atau power endurance," tutur Kelana.
Usai tes fisik dan kesehatan, Satlak Prima tidak akan melepaskan atlet begitu saja. Pemantauan terus dilakukan bekerja sama dengan pengurus olahraga atau federasi masing-masing. Termasuk pengawasan terhadap asupan nutrisi atlet, agar semua yang berlaga di SEA Games 2017 bisa berada pada kemampuan puncak (peak performance) saat bertanding. "Semuanya harus bersama-sama bekerja meningkatkan penampilan atlet karena target yang dibebankan pada mereka tidak ringan,” ujar Kelana.