REPUBLIKA.CO.ID, JAKART -- Salahuddin Al-Ayyubi dikenal di Barat dengan sebutan Saladin. Dia juga biasa dipanggil Salah ad-Din. Salahudin yang terlahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit. Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Makkah Hejaz, dan Diyar Bakr.
Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang ksatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama. Beliau memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud.
Pendidikan pertama diterima Salahudin dari sang ayah yang namanya cukup tersohor, yakni Najamuddin al-Ayyubi. Sang paman yang juga dikenal sebagai sosok yang gagah berani, Asaduddin Sherkoh - Panglima Angkatan Perang Mesir -- juga turut pula membentuk keperibadian Salahudin.
Kedua orang yang paling berpengaruh dalam hidupnya itu merupakan pembantu dekat Raja Syria Nuruddin Mahmud.Sepeninggal Sherkoh, Salahuddin diangkat menjadi Perdana Menteri Mesir. Salahudin begitu disenangi rakyat Mesir, karena sifatnya yang pemurah, adil dan bijaksana itu.
Tak lama kemudian, kabar duka datang dari Syria, Nuruddin Mahmud yang termasyhur itu meninggal dunia pada tahun 1174 M dan digantikan oleh putranya yang berumur 11 tahun bernama Malikus Saleh yang diperalat pejabat tinggi.Salahuddin mengirimkan utusan kepada Malikus Saleh dengan menawarkan jasa baktinya dan ketaatannya, namun ditolak. Suasana ketidakpastian itu memberi angin kepada tentara Salib.
Ibukota kerajaan pun jatuh ke tangan tentara Salib. Peristiwa itu membuat Salahudin terpanggil, dia segera ke Damaskus dengan suatu pasukan yang kecil dan merebut kembali kota itu.Sultan Salahudin dan tentara Prancis mengadakan gencatan senjata di Palestina. Menurut ahli sejarah Prancis, Michaud, kaum Muslimin memegang teguh perjanjiannya.
Berlawanan dengan syarat-syarat gencatan senjata, penguasa Nasrani Renanud atau Reginald dari Castillon menyerang suatu kafilah Muslim yang lewat di dekat istananya, membunuh sejumlah anggotanya dan merampas harta bendanya.Dengan siasat perang yang tangkas Sultan Salahuddin mengurung pasukan musuh yang kuat itu di dekat bukit Hittin.
Saladin tak memberikan kesempatan lagi kepada tentara Nasrani untuk menyusun kekuatan kembali dan melanjutkan serangannya setelah meraih kemenangan di bukit Hittin. Dalam waktu yang sangat singkat, sejumlah kota yang diduduki tentara Salib seperti Naplus, Jericho, Ramlah, Caosorea, Arsuf, Jaffa, Beirut dan Ascalon dapat diduduki Salahuddin.
Setelah itu, Yerusalem pun berhasil dibebaskan Saladin dan pasukannya. Jatuhnya Yerusalem ke tangan kaum Muslimin membuat kalangan dunia Nasrani kebakaran jenggot.Mereka segera mengirimkan bala bantuan dari seluruh pelosok Eropa. Kaisar Jerman dan Prancis serta raja Inggris Richard Lion Heart segera berangkat dengan pasukan yang besar untuk merebut tanah suci dari tangan kaum Muslimin. Mereka mengepung kota Akkra yang tidak dapat direbut selama berapa bulan.
Dalam sejumlah pertempuran terbuka, tentara Salib mengalami kekalahan dengan meninggalkan korban yang cukup besar. Akhirnya Raja Inggris yang berhati singa itu mengajukan permintaan damai yang diterima oleh Sultan. Pada September 1192 M dibuatlah perjanjian perdamaian. Tentara Salib imeninggalkan tanah suci kembali menuju Eropa.Salahuddin mengakhiri sisa hidupnya dengan kegiatan-kegiatan bagi kesejahteraan masyarakat dengan membangun rumah sakit, sekolah-sekolah, perguruan-perguruan tinggi serta masjid-masjid di seluruh daerah yang diperintahnya. Saladin berpulang ke rahmatullah pada 4 Maret 1193. Sebagai penguasa, dia tak meningalkan harta berlimpah. Yang ditinggalkannya hanyalah baju perang, kuda, dan uang sebanyak satu dinar dan 36 dirham.