Ahad 13 Nov 2016 12:01 WIB

Demonstrasi Besar-besaran di Korsel Tuntut Presiden Mundur

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nur Aini
Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye.
Foto: Reuters
Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye.

REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL – Demonstrasi besar-besaran terjadi di Korea Selatan menuntut pengunduran diri Presiden Park Geun-hye. Media Bloomberg, Ahad (13/11), melaporkan, aksi tersebut merupakan yang terbesar dalam 10 tahun terakhir.

Ratusan ribu orang memenuhi jalan-jalan di pusat kota Seoul. Mayoritas mereka adalah anak-anak muda. Dalam catatan Bloomberg, gerakan demikian setara dengan aksi pro-demokrasi Korea Selatan pada 1987 silam. Aksi yang terbilang historis itu akhirnya membuat rezim militer saat itu melonggarkan kebijakannya dengan mengizinkan pemilihan presiden secara langsung.

Bulan lalu, Presiden Park telah meminta maaf di hadapan khalayak umum terkait skandal yang menyeret namanya. Ia diisukan memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pertemanan pribadi dengan Choi Soon-sil (60 tahun). Soon-ill merupakan putri dari pemimpin kultural Korea Selatan, Choi Tae-min. Ia juga bekas istri dari mantan kepala staf kepresidenan Chung Yoon-hoi.

“Park telah membiarkan masa depan negara kami ke tangan keluarga Choi,” ujar Shin Yu-jin (21 tahun), seorang mahasiswa yang peserta aksi demontrasi. “Dia bukan presiden kami. Saya mau dia mengundurkan diri malam ini juga,” ujarnya.

Sementara itu, Wali Kota Seoul Park Won-soon juga mendesak hal yang sama. “Dia (Park Geun-hye) seharusnya mundur sehingga memberi kesempatan bagi negara ini bangkit lagi. Itu pun kalau dia masih tahu diri,” ucap Park Won-soon pada Sabtu (12/11) malam atau menjelang usainya aksi unjuk rasa.

Diperkirakan, massa malam itu berjumlah 260 ribu orang. Sebanyak 25 ribu aparat keamanan berjaga-jaga di lokasi. Di parlemen, partai oposisi juga terus mencuatkan opsi pemakzulan atas Presiden Park. Bila opsi tersebut disepakati, maka dalam 60 hari ke depan sudah harus ada pemilihan umum.

Kondisi perpolitian Korea Selatan belum cukup stabil. Hal yang serupa dengan situasi ekonominya. Belakangan ini, sejumlah perusahaan besar asal Korsel juga mengalami kemerosotan. Presiden Park belum berkomentar apa pun terkait aksi demonstrasi yang menentangnya.

Dalam konteks global, ia juga belum menegaskan sikap Korea Selatan terkait hubungan bilateral dengan AS pasca-kemenangan Donald Trump. Bahkan, ia dipastikan tidak akan hadir dalam pertemuan APEC di Peru pekan ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement