REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kaki kiri Setyo Aldi, bocah yang sebelumnya diduga menjadi korban malapraktik, akhirnya diamputasi. Amputasi tersebut tak bisa dihindari lantaran jaringan di kakinya telah mati dan mengakibatkan pembusukan.
Direktur RSUD Syaiful Anwar, Restu Kurnia, mengungkapkan pihak keluarga telah bisa menerima keputusan itu. "Keluarga pasien yang didampingi DPRD Kota Malang sudah mendengar masukan dari dokter dan menyetujui tindakan amputasi," kata Restu saat dihubungi pada Ahad (13/11).
Restu menerangkan amputasi telah dilakukan pada Sabtu (12/11) dengan melibatkan tim dokter ortopedi dan kardiovaskuler. Operasi memakan waktu hingga tujuh jam lamanya. Penanganan tak berhenti sampai di situ.
Bocah 12 tahun tersebut juga akan memperoleh pendampingan dari tim psikiater RSSA untuk memulihkan mentalnya pascaoperasi. Penanganan selama di RSSA tak dipungut biaya sepeser pun karena keluarga pasien terdaftar di BPJS Kesehatan.
Ayahanda Aldi, Slamet, mengatakan sudah merelakan tindakan apapun yang terbaik bagi putranya. Meski sudah mengetahui risiko amputasi, siswa MI Miftahul Ulum itu tetap terlihat syok saat sadar usai dioperasi. Ayahnya berkisah, Aldi menangis dan meronta-ronta ketika tahu telah kehilangan kaki kirinya.
"Dia menangis sejadi-jadinya dan memanggil-manggil ayah ibunya," kisah Slamet dengan suara bergetar.
Saat ini Aldi masih akan berada di RSSA hingga lima hari ke depan untuk melalui proses pemulihan. Slamet menjelaskan DPRD Kota Malang sudah menjanjikan bantuan kaki palsu kepada Aldi. "Harapannya anak saya bisa segera beraktivitas lagi seperti biasa, bisa sekolah dan melanjutkan hobinya mengaji," ungkap Slamet.
Sebelumnya diberitakan seorang bocah bernama Setyo Aldi diduga menjadi korban malapraktik RSSA. Ayah korban bernama Slamet menuntut keadilan bagi anaknya. Menurutnya dokter tidak memberitahu di awal bahwa pembuluh darah di kaki putranya mengalami kerusakan.
"Setelah operasi pertama baru dikabarkan bahwa ada pembuluh yang rusak," ungkap pria 42 tahun tersebut.
Kepala Bidang Pelayanan Medis RSSA, Saifullah Asmi Ragani menerangkan Aldi dibawa ke rumah sakit dalam keadaan menderita dua luka di kaki kiri disertai patah tulang terbuka. Saat tiba di UGD pada 10 Juni 2016, evaluasi menunjukkan kondisi kaki masih stabil. Namun sekitar satu setengah jam setelahnya terjadi perburukan klinis yaitu penurunan pulsasi (denyut di kaki).
Tim dokter ortopedi dan kardiovaskular kemudian melakukan pembedahan dan memasang pen pada hari yang sama. Tim dokter juga menerangkan kepada orang tua Setio bahwa terjadi kerusakan di pembuluh darah. Evaluasi dokter dalam waktu 2x24 jam hasil operasi menunjukkan kondisi kaki masih belum membaik.
Tim dokter kembali mengoperasi kembali kaki Setio untuk memperbaiki pembuluh darahnya. "Sejak awal datang pembuluh darah sudah rusak dan setelah operasi kedua kami menjelaskan bahwa kaki harus diamputasi karena jaringannya sudah mati," kata dokter ahli ortopedi tersebut.