Senin 14 Nov 2016 05:12 WIB

Demo Tolak Trump Berlanjut Masuki Hari Kelima

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Hazliansyah
Protes Anti-Trump di Utah State Capitol di Salt Lake City, Utah, Sabtu, 12 November 2016.
Foto: Chris Detrick/The Salt Lake Tribune via AP
Protes Anti-Trump di Utah State Capitol di Salt Lake City, Utah, Sabtu, 12 November 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para pengunjuk rasa di seluruh Amerika Serikat berencana kembali turun ke jalan untuk menolak terpilihnya Donald Trump sebagai presiden terpilih AS. Dengan begitu, gejolak massa anti Trump telah memasuki hari kelima sejak terpilih pada 8 November 2016 kemarin.

Aksi unjuk rasa dijadwalkan pada Ahad (13/8) sore di Kota New York, Oakland, California seperti diumumkan pengumuman online.

Diketahui, ribuan orang di beberapa kota telah menunjukkan sikapnya sejak hasil Pilpres AS yang mengejutkan dunia. Dimana Trump yang kehilangan perhitungan populer tetapi memperoleh suara yang cukup di 538 orang electoral College untuk memenangkan kursi kepresidenan.

Hal ini karena mereka mengecam kampanye Trump yang berjanji membatasi imigrasi dan pendaftaran bagi pendatang muslim, serta tuduhan mantan bintang reality televisi bahwa ia melakukan pelecehan seksual.

Akibat aksi ini juga, seperti dilansir Reuters pada Ahad (13/11), puluhan orang telah ditangkap dan beberapa aparat kepolisian terluka. Kebanyakan mereka meneriakkan 'Bukan, presiden saya.'

Polisi di Portland, Oregon, di mana pengunjuk rasa ditembak tetapi tidak mengalami cedera serius Sabtu dini hari, mengatakan mereka menangkap lebih dari 20 orang pada Sabtu setelah pengunjuk rasa membakar api dan botol setelah menolak perintah untuk membubarkan diri.

Di New York, beberapa ribu demonstran berbaris dengan damai sampai Fifth Avenue sebelum mengisi jalan-jalan di Trump Tower.

"Kami cemas negara telah  memilih presiden yang tidak kredibel dan tidak berkualitas, rasis misoginis pada platform yang hanya benar-benar penuh kebencian," kata Mary Florin-McBride, 62, seorang bankir pensiun dari New York yang diadakan tanda bertuliskan "Tidak Ada Fasisme di Amerika.

Sementara di Chicago dan Los Angeles, pengunjuk rasa berkumpul di bawah pohon-pohon palem MacArthur Park memegang plakat termasuk "Dump Trump" dan "Minoritas Matter," sebelum berbaris menuju pusat kota. Evelyne Werzola, 46, seorang imigran dari Afrika Selatan, mengatakan dia telah melihat apa yang negara dan polisi bisa melakukan.

"Saya telah melihat orang yang tertindas. Dan ini adalah seperti patah hati dari impian Amerika bagi saya," kata Werzola. "Jadi aku berjuang untuk menjaga apa yang telah berdiri Amerika untuk hidup."

Kellyanne Conway, manajer kampanye Trump, mengatakan pada Fox News pada Ahad bahwa ia yakin banyak dari para demonstran dibayar secara profesional meskipun ia tidak memberikan bukti.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement