REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Lembaga Konsultan Politik Indonesia (LKPI), Dendi Susianto menilai tim sukses pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat lemah. Khususnya dalam melawan pemberitaan negatif sehingga elektabilitas pasangan tersebut terus turun.
"Tim sukses Basuki-Djarot yang sudah bergerak lama sudah mulai tidak efektif (melawan pemberitaan negatif)," kata Dendi dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (14/11).
Dia mengatakan, ada empat isu utama yang menyebabkan elektabilitas pasangan Basuki-Djarot terus menurun, khususnya terkait pemberitaan negatif Basuki (Ahok) selama menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dendi menjelaskan, untuk kasus dugaan korupsi pembelian lahan Yayasan Sumber Waras, 54 persen responden menilai Ahok bersalah dalam kasus tersebut dan 46 persen menilai benar.
"Untuk kasus reklamasi pantai di Jakarta Utara, 72 persen responden menilai Ahok salah dan 28 persen menilai benar. Untuk kasus Surat Al Maidah 51, 83 persen responden menilai Ahok salah dan 18 persen benar," ujarnya.
Menurut dia, pendapat masyarakat untuk kasus penggusuran di Bukti Duri, 49 persen menilai Ahok salah dan 51 persen dinilai benar. Dendi mengatakan, timses paslon Basuki-Djarot dianggap sudah paling banyak bergerak melakukan sosialisasi. Lalu diikuti timses paslon Agus-Sylvi dan pasangan Anies-Sandiaga.
Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun dalam konferensi pers itu mengatakan ada faktor lain yang menyebabkan elektabilitas Ahok-Djarot terus menurun adalah partai politik lamban merespon isu negatif terhadap pemberitaan Ahok, selain empat kasus yang dijelaskan LKPI. Dia menilai, ada fenomena "masyarakat cair" di Jakarta yaitu mudah beralih pikiran terkait info yang diperolehnya.
"Dalam tiga bulan ini, intensitas informasi yang diterima masyarakat adalah negatif tentang Ahok. Karena itu menjadi rasional ketika pemilih bergeser yang jumlahnya 43,6 persen (berdasarkan survei LKPI)," ujarnya.