REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Desmond J Mahesa mengatakan ledakan bom yang terjadi di depan Gereja Oikumene di Samarinda menunjukkan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), telah gagal dalam melakukan pengawasan. Apalagi pelaku bom tersebut adakah mantan narapidana yang juga pernah melakukan teror. Seharusnya dia mengatakan BNPT juga terus melakukan pengawasan terhadapnya.
“Pelakunya mantan pelaku teror yang sudah masuk Lapas. Sehingga dia masih dalam pengawasan BNPT. Maka kalau ada yang melakukan bom lagi, berarti //kan pengawasan itu gagal," keluh Politikus Partai Gerindra, di Jakarta, Senin (14/11).
Selain itu, Desmond juga memiliki kesan, justru terorisme dipelihara oleh BNPT sendiri. Sebab sebelum ada BNPT, terorisme di Indonesia tidak semarak sekarang ini, saat BNPT berdiri. Tentu saja ini merupakan kondisi yang janggal dan aneh.
Desmond meminta agar kasus bom ini segera ditangani. Kemudian polisi juga harus berhati-hati, tak boleh segera memvonis orang sebelum ada proses hukum di pengadilan.
Tidak hanya itu, Desmond juga menduga, kasus bom Oikumene di Samarinda merupakan pengalihan isu penistaan agama yang dilakukan calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Sehingga diperlukan kecermatan dalam menyikapi teror di Samarinda ini, terutama tujuan para pelaku tersebut.
“Di tengah kondisi hari ini yang suasana politik agak panas, akibat demo tanggal 4 dan sampai sekarang masih terasa, apakah ini bukan dari pada mainan?," tanya Desmond.
Desmond juga khawatir apabila penanganan kasus ini berjalan lambat, akan terjadi kembali tragedi kerusuhan Poso yang terjadi beberapa tahun lalu. Pascakerusuhan Poso, Santoso masuk tahanan karena melakukan perampokan. Kemudian tanpa diduga dan Santoso menjadi teroris sungguhan.