Senin 14 Nov 2016 23:36 WIB

Pemerintah Akui Program Deradikalisasi Belum Sempurna

Rep: Halimatus Sa'diyah / Red: Angga Indrawan
Personel Brimob Polda Kaltim mengamankan lokasi ledakan bom di Gereja Oikumene Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11).
Foto: Antara/Amirulloh
Personel Brimob Polda Kaltim mengamankan lokasi ledakan bom di Gereja Oikumene Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengakui program deradikalisasi yang menyasar para mantan teroris belum sepenuhnya berhasil. Hal ini menyusul tragedi Bom Samarinda yang pelakunya adalah mantan narapidana kasus Bom Serpong.

"Program ini tidak 100 persen berhasil karena kenyataannya terjadi lagi di Samarinda," ujar Sekretaris Kabinet Pramono Anung di ruang kerjanya, Senin (14/11).

Namun begitu, menurutnya, program yang dijalankan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tersebut harus terus dilanjutkan. Sebab, kata Pramono, banyak pula pimpinan kelompok teroris yang akhirnya tersadar setelah mengikuti program deradikalisasi.

"Bahkan pelaku-pelaku utama sebelumnya mereka ikut program deradikalisasi dan akhirnya membawa pengaruh positif pada pengikutnya," kata dia.

Pramono menyatakan, pemerintah pasti akan melakukan evaluasi demi memastikan tak ada lagi alumni program deradikalisasi yang kembali melakukan aksi teror. Namun begitu, kata dia, di sisi lain penegakan hukum juga harus betul-betul ditegakkan.

"Hukuman bagi pelaku harus makin berat. Kalau tidak dia akan terus mengulangi kejahatan dan tak pernah merasa bersalah," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement