REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Terduga teroris pelaku peledakan bom di Gereja Oikumene Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, selama ini jarang berinteraksi dengan warga sekitar.
"Selama dia tinggal di kawasan ini, Juhanda jarang berinteraksi dengan warga. Bahkan, sangat tertutup sehingga saya sendiri tidak banyak tahu tentang dia (Juhanda)," kata Ketua RT 04, Kelurahan Sengkotek, Abdul malik, Senin (14/11).
Terduga pelaku pengeboman di Gereja Oikumene tinggal di belakang Masjid Al Mujahidin di RT 04, Kelurahan Sengkotek yang berada persis di pinggir Jalan Cipto Mangunkusumo, jalur Samarinda-Balikpapan. Selama ini, Juhanda, lanjut Abdul Malik, dikenal sebagai petugas yang membersihkan Masjid Al Mujahidin.
Keberadaan terduga pelaku peledakan Gereja Oikumene itu sudah lama dipantau pihak intelijen. Bahkan, Abdul Malik mengaku mengetahui jika Juhanda merupakan narapidana kasus terorisme dan telah menjalani hukuman.
"Keberadaan Juhanda memang sudah lama diawasi bahkan saya tahu kalau dia pernah terlibat kasus terorisme dari intel. Saya tahu mereka itu intel dari kartu nama dan saat mereka memperkenalkan diri," kata Abdul Malik.
Selain sebagai marbot, keseharian Juhanda, kata Abdul Malik, juga dikenal sebagai penjual ikan dari hasil keramba yang ia kelola di belakang masjid. Selama ini lanjut ia, tidak ada aktivitas Juhanda yang mencurigakan terkait aksinya melakukan peledakan di Gereja Oikumene. Namun, Abdul Malik mengakui jika Juhanda kerap dikunjungi sejumlah orang dari luar wilayah itu.
"Saya tidak tahu pasti jumlahnya tetapi memang di tempatnya tinggal sering berkumpul orang tetapi bukan warga dari sini. Di tempat itu, ia hanya tinggal sendiri," jelas Abdul Malik.