REPUBLIKA.CO.ID, KAIKOURA -- Hujan lebat dan angin kencang menghambat jalannya evakuasi korban gempa di Kota Kaikoura, Selandia Baru. Puluhan helikopter dikerahkan untuk memindahkan warga dan wisatawan ke lokasi yang lebih aman.
Seperti dilansir BBC, gempa bumi berkekuatan 7,5 skala richter terjadi di Selandia Baru pada Senin (14/11). Dua orang dinyatakan tewas dan kerugian ditaksir mencapai miliaran dolar.
Gelombang air laut setinggi 2 meter menghantam pantai tak lama setelah gempa pertama. Pihak berwenang langsung memasang peringatan tsunami dan memperingatkan orang-orang untuk menjauh dari garis pantai.
Sebanyak 1.200 wisatawan diperkirakan masih terjebak di Kaikoura yang memiliki jumlah penduduk 2.000 jiwa. Kondisi cuaca membuat kapal bantuan Angkatan Laut tidak bisa mencapai kota itu sampai Rabu besok.
Operasi menyelamatkan warga yang terjebak di Kaikoura bisa memakan waktu beberapa hari. Komodor Udara, Darryn Webb, mengatakan, masing-masing helikopter NH90 yang dikerahkan hanya mampu membawa 18 orang pada satu waktu.
Tanah longsor juga memutus jalan kereta api menuju kota. Perdana Menteri Selandia Baru, John Key, mengatakan menyediakan pasokan bantuan ke Kaikoura menjadi prioritas utama pemerintah.
Baca juga, Gempa Bumi Selandia Baru, Ibu Kota Dikosongkan.
Key yakin jumlah korban jiwa tidak akan bertambah lagi. Sementara Menteri Pertahanan Sipil, Gerry Brownlee, mengatakan kerusakan infrastruktur tampaknya menjadi masalah terbesar dalam bencana alam kali ini.
GeoNet, proyek pemantauan gempa bumi yang didanai pemerintah, mengatakan gempa pertama dapat memicu terjadinya gempa susulan selama beberapa bulan ke depan. Gempa susulan terjadi juga di Wellington, bersamaan dengan hujan deras selama 24 jam yang menyebabkan banjir.
Warga di sekitar Christchurch juga segera mempersiapkan stok makanan. Mereka menutup beberapa sekolah yang terkena dampak gempa.