REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja ekspor dan impor Indonesia pada Oktober 2016 masih menunjukkan pertumbuhan negatif, meski sudah terlihat ada pemulihan sejak Agustus 2016 ini. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, nilai ekspor Indonesia pada Oktober tahun ini mencapai 12,68 miliar dolar AS.
Sedangkan secara kumulatif nilai ekspor sepanjang Januari hingga Oktober 2016 mencapai 117,09 miliar dolar AS. Angka ini masih menunjukkan pertumbuhan negatif, atau penurunan sebesar 8,04 persen dibandingkan dengan kinerja ekspor tahun lalu.
Pertumbuhan negatif juga masih dialami oleh kinerja impor Indonesia yang secara kumulatif sepanjang Januari hingga Oktober 2016 masih minus 7,5 persen dibanding periode yang sama tahun 2015 lalu. Catatan BPS, nilai impor Indonesia pada Oktober tahun ini sebesar 11,47 miliar dolar AS dan secara kumulatif sebesar 110,17 miliar dolar AS.
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, dengan paparan kinerja ekspor dan impor hingga Oktober tahun ini terhitung neraca perdagangan Indonesia masih surplus. Neraca perdagangan Oktober 2016 mengalami surplus sebesar 1,2 miliar dolar AS yang disumbang oleh surplus nonmigas sebesar 1,7 miliar dolar AS dan defisit di sektor migas sebesar 503,2 juta dolar AS.
Suhariyanto mengungkapkan, secara makro kondisi ekspor impor sepanjang Oktober ini masih menunjukkan adanya tren perbaikan yang sudah mulai terjadi sejak Agustus 2016 ini. Tercatat sejak Agustus lalu kinerja ekspor impor Indonesia mulai tumbuh positif secara tahun ke tahun, meski secara kumulatif masih menunjukkan kinerja negatif.
"Perlu diperhatikan, meski ada surplus namun pertumbuhan ekspor dan impor masih negatif," ujar Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa (15/11).
Secara rinci BPS merilis data kinerja ekspor dan impor Indonesia yang pada Oktober 2016 meneruskan tren pertumbuhan. Surplus yang terjadi di Oktober ini menjaga tren surplus yang terjadi sepanjang tahun ini. Data BPS menunjukkan, peningkatan terbesar ekspor nonmigas pada Oktober tahun ini terjadi pada lemak dan minyak hewan nabati dengan nilai ekspor 287,1 juta dolar AS atau meningkat 19,02 persen dibanding bulan sebelumnya. Sementara penurunan komoditas ekspor terjadi pada komoditas bijih, kerak, dan abu logam sebesar 158,8 juta dolar AS atu menurun hingag 37,28 persen dari bulan sebelumnya. Penurunan ekspor, disebutkan Suhariyanto paling besar disumbang oleh konsentrat tembaga.
Sementara itu, dilihat dari negara tujuan ekspor, tiga negara yakni Cina, AS, dan Jepang masih menjadi tujuan ekspor utama. Nilai ekspor untuk Cina, AS, dan Jepang masing-masing tercatat sebesar 1,7 miliar dolar AS, 1,3 miliar dolar AS, dan 1,1 miliar dolar AS.
Untuk komoditas impor, peningkatan impor nonmigas terbesar yang terjadi pada Oktober 2016 dialami golongan mesin dan peralatan listrik dengan kenaikan nilai sebesar 80,9 miliar dolar AS atau naik 6,25 persen. Sedangkan penurunan impor disumbang oleh golongan serealia senilai 53,8 juta dolar AS atau menurun 22,19 persen. Ditunjau dari negara asal impor, tiga negara yakni Cina, Jepang, dan Thailand masih menduduki negara asal impor tertinggi dengan nilai masing-masing 24,48 miliar dolar AS, 10,64 miliar dolar AS, dan 7,3 miliar dolar AS.