Selasa 15 Nov 2016 17:32 WIB

Kedewasaan Bangsa Indonesia Sedang Diuji

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Tim Gegana Brimob Polda Kaltim mengamankan benda diduga sisa bom di lokasi ledakan di depan Gereja Oikumene Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11).
Foto: Antara//Amirulloh
Tim Gegana Brimob Polda Kaltim mengamankan benda diduga sisa bom di lokasi ledakan di depan Gereja Oikumene Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koalisi Masyarakat Sipil menilai bangsa Indonesia saat ini sedang diuji oleh serangkaian teror yang berpotensi menjadi konflik sosial. Namun, mereka tetap yakin bangsa Indonesia dapat melewati ujian dengan baik asalkan tetap berpegang teguh pada konstitusi, Pancasila dan prinsip Bhineka Tunggal Ika.

Anggota Koalisi Masyarakat Sipil sekaligus Pengamat politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti mengatakan, pihaknya mengimbau masyarakat Indonesia untuk bahu membahu menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, aman, nyaman dan damai. Sebab, kedewasaan masyarakat Indonesia tengah diuji melalui serangkaian aksi-aksi tidak simpatik.

Ia menegaskan, kendati demikian pihaknya tetap percaya bangsa Indonesia akan mampu melewati ujian dengan baik. "Dengan terus menerus berpegang pada konstitusi, Pancasila dan prinsip Bhineka Tunggal Ika," kata Rangkuti saat konferensi pers 'Melawan Teror Menjaga Keberagaman' di Maarif Institute, Jakarta, Selasa (15/11). 

Jumpa pers tersebut menanggapi situasi kebangsaan dalam dua pekan terakhir dimana terjadi pelemparan bom molotov dan ancaman teror terhadap keamanan serta kenyamanan masyarakat. Rangkuti merasa prihatin dan geram atas semakin maraknya berbagai aksi teror.

"Lebih jauh dari itu kasus-kasus ini akan berpotensi menjadi konflik sosial yang lebih luas sesama warga negara Indonesia," ujarnya.

Karenanya, Koalisi Masyarakat Sipil menyeru kepada tokoh-tokoh agama, politik, adat dan masyarakat untuk dapat memberikan pernyataan-pernyataan yang menyejukkan. Tujuannya, menghindari polemik di masyarakat terutama yang berkaitan dengan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Rangkuti mengimbau kepada negara, dalam hal ini presiden dan wakil presiden serta kepolisian agar bisa menjamin keamanan dan kedamaian masyarakat. Ia menerangkan, menjamin keamanan dengan cara menindak tegas pelaku kekerasan.

"Negara tidak boleh kalah dengan kelompok-kelompok tersebut," ujarnya.

Sebelumnya, dalam beberapa hari terakhir terjadi pelemparan bom molotov di Samarinda pada Ahad (13/11) dan Singkawang pada Senin (14/11). Ancaman bom juga terjadi di Surabaya pada Rabu (9/11) dan Kota Batu pada (14/11). Maraknya aksi teror telah membuat semua pihak cemas dan mengoyak rasa kemanusiaan.

Rohaniwan Katolik, Romo Benny Susetyo yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil menerangkan, teror bom yang terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur pada Ahad (13/11) mengusik Indonesia sebagai bangsa yang dibangun di atas kemajemukan. Teror tersebut menciptakan ketidaknyamanan masyarakat karena tidak ada lagi kepastian keamanan.

"Melecehkan ideologi kita Pancasila dan menghina Ketuhanan Yang Maha Esa," kata Romo Benny.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement