Selasa 15 Nov 2016 20:14 WIB

Teror Bom di Samarinda Mengusik Kemajemukan Indonesia

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Romo Benny
Foto: Republika/Rakhmawaty la'lang
Romo Benny

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Romo Benny Susetyo mengatakan teror bom yang terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur, (13/11) mengusik Indonesia sebagai bangsa yang dibangun di atas kemajemukan. Teror ini menciptakan ketidaknyaman masyarakat karena tidak adalagi kepastian keamanan.

"Melecehkan ideologi kita Pancasila dan menghina Ketuhanan Yang Mahaesa," kata Benny dalam pernyataan sikap keprihatinan "Melawan Teror, Menjaga Keberagaman" di Ma'arif Institute, Tebet, Jakarta, Selasa (15/11).

Benny mengatakan Presiden Joko Widodo harus tegas menghukum pelaku teror. Untuk menegakkan konstitusi dan menjaga tujuan bernegara dan berbangsa Indonesia. Ia berharap Presiden mengusut tuntas pelaku teror di Samarinda, Singkawang, Surabaya dan Batu.

Benny menambahkan bila situasi ini dibiarkan akan menciptakan krisis ekonomi. Dan hal tersebut akan membuat krisis baru di masyarakat. Masyarakat semakin khawatir dengan situasi perkembangan politik saat ini.

"Ada keluarga yang pergi keluar negeri mencari rasa aman," katanya.

Melihat media sosial saat ini, kata Benny, ancaman kekerasan di dunia maya semakin terasa nyata. Benny mengatakan karena itu Presiden harus berani mempertahankan konstitusi. Karena semua masyarakat Indonesia menginginkan Indonesia yang cinta damai, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.

"Kita hidup di tanah yang sama, yang satu menderita yang lain juga, kita hidup di tanah yang satu," katanya.

Benny mengatakan hukum harus menjadi panglima dalam demokrasi. Jika ada perbedaan, kata Benny, dikedepankan musyawarah dan dialog tanpa kekerasan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement