Rabu 16 Nov 2016 06:46 WIB

Pengamat: Terjadi Pergeseran Tren Teror

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Angga Indrawan
Tim Laboratorim Forensik Mabes Polri melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi ledakan di Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Senin (14/11).
Foto: Antara/Amirullah
Tim Laboratorim Forensik Mabes Polri melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi ledakan di Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Senin (14/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme dari Institute For Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai telah terjadi pergeseran tren teror saat ini. Menurut dia, teror yang terjadi saat ini cenderung simultan dan sporadis.

"Saya kira ini lebih karena memang ada pergeseran tren teror. Kalau dulu, teror kita saksikan seperti sebuah show dengan panggung besar, kini bergeser. Sasaran teror saat ini cenderung acak, sporadis dan simultan," kata Khairul saat dihubungi, Selasa (15/11).

Menurut dia, meskipun teror yang dilakukan dalam intensitas yang rendah namun memberikan pesan yang kuat dan menimbulkan reaksi publik yang luar biasa. Khairul mengatakan, teror terjadi di Samarinda lantaran kemampuan pengawasan dan penindakan aparat keamanan semakin meningkat sehingga para pelaku menghindari melakukan aksi di lokasi strategis. Selain itu, ia juga menilai kesadaran publik juga cukup baik.

"Jadi, pilihan (lokasi dengan) intensitas rendah itu justru sekaligus juga memberi efek kejut bagi aparat keamanan dan publik," kata dia.