REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Setara Institute Ismail Hasani mengingatkan agar aksi unjuk rasa pada 25 November 2016 jangan sampai ditunggangi kelompok tertentu. "Harapan saya silakan aksi 25 November. Namun, jangan anarkis dan merusak," kata Ismail di Jakarta, Selasa (15/11).
Ismail tidak rela umat Islam dimanfaatkan untuk kepentingan kekuasaan dan politik pragmatis yang merusak tatanan berbangsa. Ia juga meminta umat Islam harus mewaspadai politik adu domba kelompok tertentu. Ismail mengatakan bahwa Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta merupakan pertaruhan kebangsaan atau kekuatan keberagaman bangsa yang sedang diuji sikap toleransi.
Direktur Imparsial Al Araf menganggap aksi 25 November secara konstitusi tidak dapat menggulingkan pemerintahan Presiden Joko Widodo.
"(Penggulingan) harus punya alasan yang kuat dalam hukum tata negara, sidang MPR, DPR, dan MK, serta ini akan jadi proses yang buruk untuk dinamika demokrasi di Indonesia," ujar Al Araf.
Al Araf menyatakan impeachment yang tidak melalui jalur konstitusi akan menjadi buruk bagi demokrasi di Indonesia. Ia meyakini TNI dan Polri akan taat terhadap konstitusi dan mendukung perintah presiden sebagai panglima tertinggi.
"TNI/Polri juga mendambakan keamanan dan ketentraman bangsa ini," katanya.