REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Moch Hisyam
Menjadi orang yang bertobat tidaklah mudah. Orang yang bertobat laksana orang yang terjatuh dari suatu tanjakan yang terjal dan ia harus mendaki untuk sampai pada tempat atau jalan semula, yakni jalan Allah SWT. Banyak rintangan yang harus dihadapi oleh orang yang hendak bertobat.
Rintangan tidak hanya datang dari diri sendiri, tetapi juga dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Lebih dari itu, ia harus menghadapi rintangan yang dibuat oleh setan.
Kemaksiatan itu ibarat candu. Tidak mudah bagi orang yang telah terbiasa bermaksiat untuk berlepas diri darinya. Terlebih pada zaman sekarang ini, kemaksiatan begitu kentara hadir di depan mata kita.
Jika kita tidak kuat menahan hawa nafsu, godaan maksiat yang ada di hadapan kita bisa menarik kita kembali kepada kemaksiatan yang pernah kita lakukan.
Tidak hanya itu, saat kita berupaya untuk tobat, ada saja orang yang mencemooh dan tidak menerima kehadiran kita, terutama bila kita berulang kali terjatuh pada maksiat yang sama.
Padahal, kita sudah menyesal dan berupaya untuk tidak mengulanginya. Hal ini terkadang membuat orang yang mau bertobat merasa putus asa dan malu untuk melakukan kebaikan. Di sisi lain, ketika seseorang ingin bertobat, terkadang ada ancaman yang mengancam keselamatan jiwanya.
Seperti yang dialami oleh orang-orang yang keluar dari komplotan narkoba ataupun komplotan kejahatan. Bagi sebagian orang, hal ini membuatnya berpikir dua kali untuk bertobat kepada Allah SWT. Selain itu, setan tidak akan membiarkan kita untuk kembali kepada jalan Allah SWT.
Setan akan berusaha dengan tipu dayanya untuk menarik orang yang hendak bertobat untuk kembali kepada kemaksiatan yang telah dilakukannya. Meski demikian, terjalnya tanjakan tobat jangan sampai membuat kita berputus asa.
“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS az-Zumar [39]: 53).
Selain itu, yakinilah bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan orang-orang yang bertobat berjalan sendiri. Ia akan menolongnya, menyambutnya dengan kegembiraan, dan menyiapkan surga baginya. Untuk itu, bila kita sulit berlepas diri dari candu maksiat, penuhilah hati kita dengan iman dan selalu melakukan ketaatan dan bergaul dengan orang-orang yang taat.
Bila terjatuh kembali kepada kemaksiatan, bersegeralah untuk kembali bertobat kepada-Nya. Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Sebaik-baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertobat.' Ditanyakan, 'Jika ia mengulangi lagi?' Ali menjawab, 'Ia beristighfar kepada Allah dan bertobat.' Ditanyakan, 'Jika ia kembali berbuat dosa?' Ali menjawab, 'Ia beristighfar kepada Allah dan bertobat.' Ditanyakan, 'Sampai kapan?' Ali pun menjawab, 'Sampai setan berputus asa'.”
Selain itu, bila ada orang yang mencemooh dan tidak menerima kita, maafkanlah mereka. Mudah-mudahan dengan hal itu dosa-dosa kita pun diampuni oleh Allah SWT. Dan, jika ada orang yang mengancam kita karena kita bertobat, serahkan kepada Allah SWT.
Yakinilah orang yang bertobat akan mendapatkan pertolongan dan perlindungan Allah SWT. Kalaupun kita mati, kita mati dalam keadaan tobat dan surga adalah balasannya. Semoga kita menyayangi orang-orang yang bertobat dengan penerimaan dan nasihat yang menyejukkan lagi bijaksana. Amin. Wallahu a'lam.