Rabu 16 Nov 2016 11:22 WIB

Jerman Kembali Bekukan Organisasi Islam Terindikasi Radikal

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
Muslim di Jerman
Foto: frontpagemag.com
Muslim di Jerman

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sebuah organisasi Islam bernama True Religion dibekukan Otoritas Jerman setelah kedapatan menyebarkan terjemahan Alquran berbahasa Jerman dan diduga merekrut anggota untuk ikut bertempur di Irak dan Suriah.

Menteri Dalam Negeri Jerman, Thomas de Maizière, mengatakan, pemerintah membekukan True Religion yang juga dikenal sebagai Read karena mengumpulkan orang untuk ikut di medan tempur. Sejak Selasa (15/11), petugas menggeledah 190 tempat di 16 wilayah Jerman. Sejumlah materi diamankan meski tidak ada penahanan. "Organisasi ini mengajak jihad melalui distribusi Alquran," kata de Maizière seperti dikutip The New York Times, Selasa (15/11).

The True Religion adalah organisasi Islam keenam yang dibekukan Otoritas Jerman sejak 2012 sebagai bagian upaya keamanan domestik dan pencegahan radikalisasi warga Jerman.

Dikatakan De Maizière, Otoritas Jerman melakukan ini karena organisasi tersebut mengajak orang berbuat kekerasan, bukan karena agamanya. "Upaya hukum yang kami tempuh tak ada urusannya dengan kebebasan beragama," kata dia.

Langkah ini, diambil setelah True Religion diamati melakukan pengintaian dimana sejumlah lelaki berjenggot makin terlihat sering berkeliaran di trotoar area perbelanjaan di kota-kota utama Jerman. De Maizière mengatakan, 140 orang pendukung kelompok ini juga diketahui pernah pergi ke Suriah dan Irak untuk berperang atas nama ISIS.

"Terjemahan Alquran mereka distribusikan bersama pesan kebencian. Anak-anak muda diradikalisasi dengan teori konspirasi," ungkap de Maizière.

Langkah ini diambil Otoritas Jermah sepekan setelah menahan lima pria yang diduga membantu ISIS di Jerman dengan merekrut anggota baru dan menyediakan bantuan finansial serta logistik.

Jerman sendiri sempat menjadi target serangan terorisme skala kecil tahun ini termasuk tiga di antaranya yang dilakukan atas nama ISIS yakni penusukan anggota polisi pada Februari lalu, serangan oleh seorang pengungsi dan bom bunuh diri yang terjadi pada Juli lalu.

Kampanye menyebarkan Alquran kepada pejalan kaki merupakan ide seorang ulama Palestina, Ibrahim Abou-Nagie yang disebut-sebut ulama konservatif. Otoritas Jerman menyatakan, Abou-Nagie tak ditemukan saat penggeledahan berlangsung dan de Maizière menolak berkomentar soal keberadaan Abou-Nagie.

Abou-Nagie sendiri diketahui tinggal di Jerman lebih dari 30 tahun. Ia masuk dalam radar Otoritas Keamanan Jerman sejak 2005 saat ia membuat sebuah laman yang kontenya dinilai sarat propaganda.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement