Rabu 16 Nov 2016 18:15 WIB

Petani Riau Beralih dari Sawit ke Sayuran

Petani mengangkat kelapa sawit ke dalam pick up untuk dibawa ke pengepul di Kampung Sidodadi, Kab. Siak, Riau, Kamis (10/11).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Petani mengangkat kelapa sawit ke dalam pick up untuk dibawa ke pengepul di Kampung Sidodadi, Kab. Siak, Riau, Kamis (10/11).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU  --  Jumlah petani Provinsi Riau yang beralih dari kelapa sawit menjadi penanam sayuran atau hortikultura semakin banyak, terutama di daerah Kecamatan Tualang Kabupaten Siak dan dimotori oleh seorang petani bernama Suryono.

"Setelah mereka melihat saya berhasil, akhirnya banyak yang mengikuti. Sedikitnya ada tiga sampai empat orang yang membabat sawit mereka, bahkan sampai pinjam alat penumbangnya ke saya," kata Suryono di Dusun Sukajaya Kampung Pinang Sebatang Barat, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Selasa (15/11).

Suryono mulai beralih dari kelapa sawit ke sayuran sejak 2013, karena melihat permintaan sayuran di daerah itu sangat tinggi. Pasokan sayuran di sana sangat bergantung pada suplai dari Kota Pekanbaru serta Provinsi Sumatra Barat.

Karena itu, Suryono mulai menaman beberapa jenis sayuran antara lain kangkung, bayam, cabai, melon, semangka, kacang panjang, timun, pepaya dan jagung. Ketika menjadi petani sawit dengan lahan dua hektare, Suryono hanya mampu meraih penghasilan maksimal sekitar Rp 2-3 juta per bulan.

Namun, kini dengan mengolah lahan setengah hektare untuk ditanami sayuran, ia berhasil meraup penghasilan sekitar Rp 15 juta per bulan. Bahkan, pada lahan yang sama itu, Suryono bisa mempekerjakan empat sampai sembilan orang warga setempat. "Berapa pun sayuran yang bisa kita tanam akan diambil semua di pasar, tanpa perlu memperluas lahan," kata pria 41 tahun ini.

Petani lain yang mulai beralih dari sawit ke sayuran, Makmur, mengatakan dirinya tertarik fokus menanam sayuran karena ada contoh yang sudah berhasil. Sebelumnya, ia memiliki 2,5 hektare kebun sawit namun hasil yang didapatkan tidak cukup untuk kebutuhan hidup, bahkan Makmur terpaksa sempat menjual setengah hektare tanahnya.

"Sudah mati-matian saya bertani sawit tapi hasilnya masih kurang, jadi terpaksa harus cari kerja sampingan lain. Sekarang saya matikan semua sawit saya dan tanam sayur saja," ujar lelaki berusia 48 tahun ini.

Kendala petani sayuran di Dusub Sukajaya adalah penerapan teknologi yang masih tradisional. Dampaknya adalah saat musim hujan mereka kesulitan mengontrol air yang terlalu banyak dan saat kemarau kesulitan air.

Namun, beberapa tahun terakhir petani setempat mulai terbantu dengan adanya program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) dari perusahaan industri kehutanan APP-Sinar Mas. Program DMPA itu membantu petani mulai dari modal. fasilitas untuk infrastruktur pertanian, hingga bantu pemasaran hasil panen hortikultura.

Director of APP on Strategic Corporate Relation Elim Sritaba, mengatakan pelaku usaha di sektor kehutanan dapat ikut mendorong keterlibatan masyarakat dalam mencegah kebakaran hutan. Kerja sama semua pihak sangat krusial untuk mencapai komitmen pengurangan emisi melalui keterlibatan masyarakat dalam pencegahan kebakaran hutan, sekaligus pemberdayaan masyarakat desa.

Pendekatan tersebut menjadi fondasi dari program DMPA yang pertama diluncurkan APP-Sinar Mas saat ajang Konferensi PBB Perubahan Iklim (COP21) 2015 di Paris, dengan target terbentuknya 500 DMPA sampai dengan 2020.

DMPA merupakan program terpadu antara perusahaan dengan masyarakat lokal untuk bersama-sama mengembangkan potensi diri dalam memberi nilai tambah sosial ekonomi masyarakat sekitar sekaligus menjaga kelestarian lingkungan sekitar, salah satunya melalui kegiatan agroforestri.

Satu tahun setelah diluncurkan, 58 desa sudah menerima manfaat dari program DMPA dan 22 desa lainnya diharapkan akan menyusul jelang akhir tahun. Ketika sebuah desa diberi program DMPA, pendapatan desa tersebut diharapkan naik 50-70 persen dalam kurun tiga tahun lewat berbagai kegiatan ekonomi yang terkait erat dengan potensi hutan alam.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement