Rabu 16 Nov 2016 18:44 WIB

Kadin: Demonstrasi Nodai Indonesia yang Sedang 'Bersolek'

Pemerintah terus membangun iklim investasi di Tanah Air.
Pemerintah terus membangun iklim investasi di Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai demonstrasi dapat menodai persepsi Indonesia yang tengah 'bersolek', memperbaiki iklim investasi. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, demonstrasi yang terus menerus dan berkelanjutan dalam waktu panjang akan dapat mempengaruhi daya saing Indonesia.

"Sangat disayangkan karena pemerintah berupaya mempercantik Indonesia, tapi di sisi lain terjadi (demonstrasi) yang menodai ini," katanya dalam dialog bertajuk "Demo, Iklim Bisnis dan Harapan Pengusaha" di Jakarta, Rabu (16/11).

Shinta mengatakan, upaya pemerintah memberikan insentif, menyederhanakan perizinan, merevisi Daftar Negatif Investasi (DNI) hingga kenaikan rangking dalam Ease of Doing Business (EoDB) akan percuma. Terlebih ada isu tentang aksi lanjutan yang akan digelar 25 November mendatang.

"Dunia luar itu melihat kita. Kalau demo satu-dua kali tidak apa-apa. Tapi kalau panjang dan terus menerus ya jadi masalah juga," ucapnya.

Shinta mengatakan, pengaruh ekonomi global yang melambat hingga hasil pemilihan Presiden Amerika Serikat sudah cukup memberi dampak terhadap perekonomian nasional.  "Jangan tambah masalah dalam negeri yang menyusahkan pengusaha," katanya.

Ia menambahkan, Indonesia tengah bersaing merebut investasi dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Vietnam adalah salah satu negara yang bersaing ketat dengan Indonesia karena negara tersebut berhasil menarik dua kali lipat investasi dibanding Indonesia.

Menurut Shinta, perbaikan iklim investasi sangat terpengaruh dengan kondisi keamanan setempat. "Faktor ini penting, karena pengusaha butuh kepastian, investor butuh kepastian hukumnya," ujarnya.

Kalangan pengusaha mencatat, dalam aksi pada Jumat (4/11) lalu yang menuntut proses hukum Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sekitar 180 ribu orang turun ke jalan. Jumlah tersebut merupakan yang terbesar selama era demokrasi di Indonesia karena demonstrasi pada 1998 silam hanya melibatkan 120 ribu orang.

Berdasarkan kajian Bank Indonesia, asumsi dampak kerugian ekonomi ditaksir mencapai Rp 2,9 triliun akibat penurunan sektor konsumsi hingga 60 persen dan aktivitas lainnya sebanyak 30 persen.

Ada pun kerugian transaksi penurunan omzet ditaksir mencapai Rp500 miliar dengan asumsi perhitungan toko yang tutup 20 ribu toko beromzet rata-rata Rp 25 juta per hari.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement