REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah perhelatan untuk mempromosikan Indonesia digelar di jantung Kota Washington DC, Amerika Serikat (AS). Mengusung tema Performing Indonesia: Islamic Intersections, kegiatan ini berlangsung 10 September hingga 19 November 2016.
Di antara beragam acara yang ditampilkan pada ajang itu, salah satunya yang berhasil menyedot perhatian pengunjung adalah kuliah dan demonstrasi bertajuk The Art of Quranic Recitation yang disampaikan qariah ternama Indonesia, Hajjah Maria Ulfah, di Corcoran School of the Arts and Design (CSAD), Washington DC, belum lama ini.
Dimoderatori Anne Rasmussen, guru besar musik dan etnomusikologi dari College of William and Mary, Williamsburg, Virginia, acara ini dihadiri sekitar 60 undangan.
Inilah program keempat dalam seri Performing Indonesia yang merupakan hasil kerja sama KBRI Washington DC bersama Freer and Sackler The Smithsonian Museum of Asian Arts, sebuah lembaga yang sangat prestisius di AS serta The George Washington University. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Rumah Budaya Indonesia (RBI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Dalam paparannya, Maria Ulfah menyampaikan, seni dalam Alquran terbagi dua, yakni kaligrafi dan seni baca. Sedangkan, gaya membaca kitab suci Alquran ada lima, yaitu hadr (sedikit cepat), tadwir (sedang), murattal (datar, tenang tanpa tergesa-gesa), tahqiq (pelan), dan mujawwad (menggunakan irama tertentu dan membutuhkan teknik pernapasan tingkat tinggi).
Di Indonesia, kata Maria Ulfah, baik pria maupun wanita yang membaca Alquran juga menikmati jenis popularitas yang diasosiasikan dengan musik pop, opera, dan bintang-bintang olahraga sebagaimana di negara-negara Barat.
Pembacaan Alquran, lanjut dia, senantiasa mewarnai perayaan-perayaan Islam, seperti peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW dan turunnya Alquran, acara keluarga seperti pernikahan, ulang tahun, dan pemakaman, juga acara-acara di kalangan publik, seperti pembukaan kantor baru.