REPUBLIKA.CO.ID,
MAUGNDAW - Ratusan Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari tindak kekerasan yang dilakukan Militer Myanmar. Kekerasan terus meningkat di Provinsi Rakhine dan telah menewaskan lebih dari 130 orang.
Sejumlah Muslim Rohingya ditembak mati saat mencoba menyeberangi Sungai Naaf yang memisahkan Myanmar dan Bangladesh. Sementara Muslim Rohingya lainnya yang tiba di Bangladesh dengan perahu, tidak diterima dan didorong pergi oleh Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB).
Mereka tidak mungkin kembali ke Rakhine dan kini terombang-ambing di lautan. Para etnis Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan dianggap sebagai imigran ilegal dari Bangladesh.
"Selasa dini hari, 86 Rohingya termasuk 40 wanita dan 25 anak-anak didorong kembali ke sungai oleh Penjaga Perbatasan Bangladesh di titik perbatasan Teknaf. Mereka mencoba memasuki Bangladesh dan datang dengan dua perahu mesin," ujar Letnan Kolonel Anwarul Azim, Komandan di sektor Cox Bazar, Bangladesh timur.
Otoritas Bangladesh memperkirakan sedikitnya ada 500 Muslim Rohingya yang telah melarikan diri dari Myanmar sejak Oktober lalu. Para pengungsi kini tinggal di empat kamp Rohingya di perbatasan Bangladesh.
Kolonel Htain Lin, Menteri Urusan Perbatasan Negara Bagian Rakhine, menolak memberikan komentar terkait situasi di Rakhine. Sementara Kepala Polisi Maungdaw, Kyaw Mya Win, mengatakan para Rohingya melarikan diri karena mencoba menyerang militer. "Penduduk desa telah menjadi pemberontak, termasuk perempuan-perempuannya," ungkap Kyaw Mya Win.