REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Madrasah Mu’allimaat Yogyakarta didesain oleh KHA Dahlan untuk kepentingan yang sangat besar. Yakni, sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah/Aisyiyah yang modern dan maju, sehingga menjadi organisasi perempuan Muslim terbesar di dunia.
"Karena itu jangan sampai kita merasa ada di madrasah yang kecil. Kita harus bangga ada di madrasah yang sudah mengukir sejarah," kata Ketua Umum PP Aisyiyah Noordjannah Djohantini dalam stadium general dalam rangka memperingati milad Madrasah Mu’allimaat Yogyakarta ke-93, di halaman Madrasah Mu’allimaat Yogyakarta .
Menurut Noordjannah, mana mungkin 93 tahun yang lalu ada sebuah organisasi yang sudah berpikir agar para perempuan bisa maju dapat kesempatan yang sama dengan laki-laki. "Hal ini bukan karena kebetulan. Karena itu saya ingin meneguhkan misi dan visi Mu’allimaat bukan sembarang madrasah. Melainkan madrasah yang didesain sejak awal untuk menjadikan kader-kadernya memiliki kemampuan integritas dan komitmen sebagai kader Muhammadiyah dan Aisyiyah," tuturnya.
Alumni Madrasah Mu’allimaat tersebar di seluruh Indonesia maupun di berbagai negara menjadi pengurus Muhammadiyah maupun Aisyiyah dari pimpinan ranting, cabang, daerah, sampai pimpinan pusat dan pimpinan Muhammadiyah/Aisyiyah istimewa. Juga banyak yang menjadi rector di Universitas Muhammadiyah/Aisyiyah.
Hal itu juga diakui Wakil Direktur IV Bidang Kepesantrenan Madrasah Mu’allimaat Yogyakarta Atang Solihin. Menurut dia, alumni Madrasah Mu’allimaat menghasilkan berbagai tokoh baik di lingkungan Muhammadiyah/Aisyiyah maupun tokoh nasional dan banyak juga yang menjadi anggota DPR/DPRD dan pimpinan perguruan tinggi di Indonesia. Ada lima orang alumni Madrasah Mu’allimaat yang menjadi Pimpinan Pusat Muhammadiyah/Aisyiyah termasuk Ketua Umum PP Aisyiyah Noordjannah Djohantini.