REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Presiden AS Barack Obama menegaskan agar seluruh dunia bisa memberikan waktu kepada Presiden AS terpilih, Donald Trump, untuk bekerja. Ia juga meminta agar tidak ada lagi asumsi negatif yang dilayangkan kepada pria yang pernah ia sebut tidak layak memimpin di Gedung Putih tersebut.
Obama masih berusaha menenangkan dunia yang cemas atas terpilihnya Trump. Ia menyampaikan hal itu saat berada di Peru, tempat pemberhentian terakhir kunjungan luar negerinya setelah sebelumnya menyambangi Yunani dan Jerman.
"Pesan utama saya untuk Anda sama dengan pesan saya untuk Eropa, jangan memberikan asumsi yang buruk. Tunggu sampai pemerintahan berjalan dan kebijakan-kebijakan dilaksanakan, baru kemudian Anda dapat memberikan penilaian, apakah itu konsisten dengan kepentingan masyarakat internasional atau tidak," ujar Obama, Sabtu (19/11).
Sebelumnya Obama juga telah mencoba meminimalisasi kegaduhan dengan menjamin kelancaran transisi kekuasaan. Ia menunjukkan optimisme bahwa presiden terpilih kali ini akan meninggalkan retorika kampanye setelah menghadapi realitas.
"Penting bagi semua orang di seluruh dunia untuk tidak membuat penilaian langsung tetapi memberikan kesempatan bagi presiden terpilih bersama tim untuk memeriksa isu-isu yang ada, untuk menentukan kebijakan apa yang akan mereka putuskan. Seperti yang saya selalu katakan, saat kampanye tidak selalu sama dengan kenyataan," ujarnya.
Obama berharap Trump dan timnya bisa meneruskan kebijakan yang dimiliki Partai Demokrat. Meski demikian, ia pernah mengkritik Trump karena mengabaikan nilai-nilai demokrasi, mengancam akan membatalkan kesepakatan nuklir Iran, dan bahkan mengatakan akan keluar dari perjanjian iklim Paris.
Trump juga sempat melarang beberapa media untuk meliputnya selama kampanye. Selama debat capres, ia juga mengancam akan memenjarakan lawannya, Hillary Clinton, terkait skandal penggunaan server surel pribadi. "Anda melihat, beberapa negara akan mundur dalam hal kebebasan pers, kebebasan mengelola internet, dan dalam menghormati oposisi politik," ungkap Obama.