REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) sudah mengirim tim untuk melihat situasi secara langsung negara bagian Rakhine Utara, Myanmar. Namun, berdasarkan informasi dari mitra ACT yang ada di Myanmar, sejumlah lembaga kemanusiaan kesulitan masuk ke lokasi Muslim Rohingya.
Presiden Komite Nasional untuk Solidaritas Rohingya (KNSR) dari ACT, Syuhelmaidi Syukur mengatakan, ACT sudah mengirim tim pada Ahad (20/11) untuk langsung ke lokasi konflik. Tim tersebut terdiri dari dua orang sebagai tim awal untuk melihat kondisi secara langsung.
Tim sedang berupaya untuk bisa masuk Rakhine Utara. "Berdasarkan informasi dari mitra ACT yang ada di Myanmar, memang sulit masuk," kata Syuhelmaidi kepada Republika.co.id, Senin (21/11).
Ia menerangkan, tim awal akan melihat situasi di Myanmar. Mereka menargetkan dalam waktu dekat bisa masuk ke Kota Sittwe, Myanmar. Ia menegaskan, pihaknya akan tetap berangkat ke Myanmar meski ada informasi kesulitan akses. Karenanya, tim awal dikirim untuk melihat situasi dan kondisi serta berbagai kemungkinan di sana.
Ia menambahkan, ACT juga sedang menyiapkan tim yang akan dikirim ke Bangladesh. Tim tersebut akan membantu Muslim Rohingya yang ada di perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa segera berangkat," ujarnya.
Program untuk membantu Muslim Rohingya sudah rutin dilakukan ACT. Namun, saat ini tim awal ACT ingin mendapatkan informasi terbaru langsung dari lapangan. Mereka akan mendokumentasikannya dalam bentuk gambar dan video agar mengetahui kondisi sebenarnya di sana.
Syuhelmaidi menerangkan, tim awal juga akan melihat kemungkinan ACT bekerja sama dengan lembaga lain, termasuk lembaga kemanusiaan internasional. Kerja sama antarlembaga kemanusiaan diharapkan akan lebih mempermudah dalam menyalurkan bantuan.
Baca juga: MUI akan Ikut Ambil Bagian Cari Solusi untuk Muslim Rohingya