Senin 21 Nov 2016 16:19 WIB

Muslim AS: Allah Memilih Kami Hidup Bersama Masyarakat Amerika

Rep: reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
Muslim Amerika
Muslim Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, CEDAR RAPIDS -- Biro Investigasi Federal (FBI) sempat melansir data meningkatnya jumlah serangan yang berlatarkan kebencian usai terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Serangan ini menyasar kaum-kaum minoritas, mulai dari hispanik hingga komunitas Muslim di Amerika Serikat.

Ini tidak terlepas dari sikap Trump terhadap imigran-imigran tersebut selama dia menjalani masa kampanye dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat. Termasuk dengan rencana Trump untuk membatasi dan melakukan pendataan terhadap Muslim di Amerika Serikat. Kondisi-kondisi ini membuat kaum-kaum minoritas di Amerika Serikat hidup dalam ketakutan.

Langkah antisipatif juga telah dilakukan oleh sejumlah komunitas Muslim di Amerika Serikat. Termasuk di salah satu komunitas Muslim tertua di Amerika Serikat, yaitu di Cedar Rapids, Iowa. Komunitas Muslim di kota terbesar kedua di Iowa ini sudah berdiri sejak dekade 90an. Mereka rata-rata berasal keturunan imigran, yang hijrah dari Libanon.

''Kami bertahan dari Perang Dunia, kami bertahan dari krisis penyanderaan di Irak, kami juga bertahan dari tragedi 11 September, tapi situasi yang saat ini, kami hadapi sangat-sangat berbeda,'' ujar Hassan Igram (61 tahun) saat mengikuti pertemuan dengan komunitas Muslim di salah satu masjid di Cedar Rapids, seperti dikutip La Crosse Tribune, akhir pekan lalu.

Pertemuan yang digelar di Islamic Center Cedar Rapid itu memang dikhususkan untuk membahas kondisi komunitas Muslim pasca terpilihnya Trump. Selain dalam rangka silaturahmi, pertemuan itu juga diisi paparan dari Psikolog dari Universitas Iowa, Ramsey Ali, yang juga anggota komunitas Muslim tersebut. Pertemuan itu dihadiri sekitar 50 Muslim dari sekitar Cedar Rapids.

Dalam paparannya, Ali menyebut, kekerasan yang menimpa Muslim Amerika Serikat sebenarnya tidak perlu dihadapi dengan reaksi ketakutan yang berlebihan. Hal senada juga diungkapkan anggota Komite Pendidikan Islamic Center Cedar Rapids, Hala Azmeh. Menurutnya, persepsi orang-orang non Muslim terhadap Muslim tidak akan berubah jika Muslim hanya berdiam diri di rumah dan masjid.

''Satu-satunya cara agar persepsi itu berubah adalah dengan keluar. Allah telah memilih kami untuk hidup bersama masyarakat Amerika dengan satu tujuan. Hingga kami memenuhi takdir itu, stigma Muslim yang mengerikan kepada orang-orang tidak akan berubah,'' ujar Hamzah.

Ungkapan senada juga dilontarkan oleh anggota Pemuda Muslim Islamic Centre Cedar Rapids, Noor Azmeh. Berbagai program kegiatan bersama dengan komunitas agama lainnya, ujar Noor Azmeh, sebenarnya bisa dilakukan. Ketimbang harus takut dengan adanya serangan-serangan yang dilakukan sekelompok orang.

Program-program kerjasama itu antara lain memberikan bantuan kepada tunawisma dan sejumlah program yang berasal dari Islamic Centre kepada masyarakat sekitar. Selain itu, Noor Azmeh pun mengungkapkan, seharusnya komunitas Muslim tidak perlu takut. Pasalnya, masih ada masyarakat Amerika Serikat yang menghargai dan menghormati para pemeluk Islam.

Hal ini sempat terlihat sehari setelah pemungutan suara. Saat tiga pot bunga besar ditempatkan di depan Islamic Centre Cedar Rapids. Bunga itu berasal dari penggiat HAM dan para pejuang hak-hak sipil. ''Masih ada beberapa orang di luar sana yang cukup baik kepada kami. Ada beberapa orang, usai Pemilihan Presiden, terus memandangi saya dan ibu saya, tapi ternyata mereka hanya menanyakan kabar dan keadaan kami. Kami cukup dicintai. Negara ini akan semakin besar dan kuat, jika kami berada di dalamnya. Jangan hidup dalam ketakutan, masih ada orang-orang yang mencintai kalian di luar sana,'' kata Noor.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement