REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam ekspor Indonesia masih sangat minim. Namun hal tersebut bukan karena buruknya kualitas atau standar produk UMKM Indonesia.
Ketua Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun menjelaskan, ada tiga kendala yang menghambat produk UMKM menembus pasar ekspor. "Pertama, berbelitnya izin ekspor," ujar dia kepada Republika, Selasa (22/11).
Pemerintah merupaya menggenjot ekspor produk UMKM namun di saat yang sama justru menyulitkan dengan aturan yang tidak memudahkan. Selain sulitnya mendapat izin ekspor, minimnya jaringan pemasaran di luar negeri juga menghambat produk UMKM Indonesia menembus pasar global.
Untuk itu ia berharap pemerintah membantu membuka jalur pemasaran menembus pasar global bagi produk UMKM. Meski pasar lokal sendiri diakuinya masih belum tergarap dengan baik untuk produk UMKM.
"Indonesia aja orangnya banyak, itu perlu digarap juga," lanjut dia.
Sementara yang terakhir, ia melanjutkan, adalah minimnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengikuti pasar luar negeri. Dalam hal ini adalah kemampuan mereka untuk memenuhi jumlah produksi sesuai permintaan pasar ekspor dan kontinuitas.
"Permintaan pasar dari luar negeri besar, kemampuan produksi kita kurang, akibatnya perlu modal untuk produksi," kata dia.
Sayangnya, ia melanjutkan, sektor ekonomi kreatif kesulitan untuk mendapatkan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) dengan syarat harus adanya jaminan. Menurutnya, produk UMKM yang banyak menyumbang ekspor Indonesia diakuinya kebanyakan adalah mebel, handycraft dan komoditas pertanian.