Rabu 23 Nov 2016 12:18 WIB

Gatot Nurmantyo: Mahasiswa Bagian Pemersatu Bangsa

Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Elemen mahasiswa adalah salah satu alat pemersatu bangsa. Bahkan, keberadaan mahasiswa bisa menjadi bagian untuk mencegah potensi--otensi ancaman yang bisa memecah belah persatuan bangsa Indonesia.

Karena itu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, semua pihak harus mencegah hasutan, provokasi dan adu domba. "Saya yakin keberadaan mahasiswa itu adalah bagian dari pemersatu bangsa Indonesia," kata Gatot Nurmantyo saat menjadi pembicara utama pada "Seminar Nasional Peningkatan Ketahanan Bangsa untuk Menjaga Keutuhan NKRI", di Universitas Padjadjaran Bandung, Rabu (23/11).

Menurut Gatot, reformasi yang terjadi pada 1998, bisa terjadi karena semangat para mahasiswa saat itu. "Dan sekarang ada ancaman terhadap negara, mahasiswa juga jadi pemersatu bangsa," kata dia.

Menurut dia, Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan pantai terpanjang di dunia kedua (95 juta kilometer) menjadikan negara ini menjai sebuah negara yang menjanjikan dari aspek sumber daya alamnya. "Indonesia itu kaya akan sumber daya alam yang melimpah dan bahkan Indonesia menjadi negara kepercayaan konsumen tertinggi nomor tiga di dunia," kata dia.

Oleh karena itu, dengan potensi sumber daya alam yang besar dan luas maka potensi ancaman untuk Indonesia hadir dari berbagai aspek salah satunya ialah di wilayah Laut Cina Selatan dan perbatasan wilayah Australia dan wilayah Darwin. Australia pun hanya berjarak 90 km dari pulau terluar Indonesia yakni Masela.

"Kemudian ada Blok Masela punya kandungan gas dan minyak di bawah permukaan air laut. Segi jarak itu, tidak terlalu jauh dengan Australia," ujar dia.

Lebih lanjut dia mengatakan, ancaman Indonesia juga bisa berbentuk narkotika dan terorisme atau ideologi menyimpang. "Jadi sekarang semua latar belakang atau sekitar 70 persen (ancaman dan konflik karena) energi. ISIS saja latar belakang energi, bukan bicara lagi ideologi atau agama," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement