Rabu 23 Nov 2016 15:03 WIB

Menag: Guru Agama Jangan Hanya Ajarkan Shalat

 Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memberikan kata sambutan sebelum membuka peluncuran Studi Pendidikan Islam yang diadakan di Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (23/11).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memberikan kata sambutan sebelum membuka peluncuran Studi Pendidikan Islam yang diadakan di Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (23/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan guru agama jangan hanya mengajarkan tata cara shalat saja tetapi juga menyampaikan kepada siswa mengenai hakikat shalat, termasuk ibadah lainnya.

"Dalam satu pembahasan, guru agama sebaiknya jangan terjebak mengajarkan tata cara saja tapi juga disampaikan mengapa shalat itu harus ditegakkan, bukan hanya dilakukan," kata Lukman di kantornya area MH Thamrin, Jakarta, Selasa (22/11).

Lebih dari itu, dia mengatakan sejatinya shalat itu adalah tiang agama Islam dan sekaligus mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. "Salah satu esensi shalat itu pencegahan diri dari tindakan destruktif, itulah shalat untuk rahmat alam semesta," kata dia.

Lukman juga mengambil contoh lain dari materi pendidikan agama soal esensi dari wudhu. Wudhu merupakan bagian dari pembahasan mengenai bersuci secara syariah.

Makna wudhu secara lebih jauh, kata dia, adalah menjaga kesucian diri umat Islam termasuk dalam menjaga kesucian indera badan dan jiwa. "Makna wudhu itu juga bukan sekedar tata caranya," kata Lukman.

Dengan demikian, Lukman menaruh harapan besar di pundak para guru agama sebagai penyampai pendidikan Islam di bangku sekolah agar mengajarkan Islam secara komprehensif. Kemenag merupakan instansi kementerian yang juga membidangi guru agama dan tenaga kependidikan Islam.

"Para guru inilah yang akan menyampaikan kepada siswanya mengenai Islam yang rahmat untuk alam semesta. Mereka adalah unsur penting dalam dunia pendidikan, selain anggaran pendidikan," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement