REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Seekor orang utan Sumatra berusia 23 tahun di Kebun Binatang Perth menjalani pemindaian tubuh 360 derajat untuk menyelidiki sebuah benjolan di hidungnya yang ternyata berkaitan dengan pendarahan tidak normal.
Primata bernama Pulang ini awalnya diperiksa oleh dokter anak spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (THT) sebelum akhirnya pekan lalu dibawa ke Rumah Sakit Hewan Universitas Murdoch. Di tempat itu, Pulang ditempatkan di mesin pemindai (CT scan) berukuran besar yang cukup untuk memuat beberapa ekor kuda.
Dokter hewan di Kebun Binatang Perth, Katja Geschke mengatakan Pulang mengalami pendarahan yang keluar dari lubang hidung sebelah kanan. “Kami sekarang sudah mendapat gambaran jelas mengenai benjolan yang ada di dalam hidungnya yang diduga infeksi jamur, sehingga kami akan membuat rencana pengobatannya. Selain masalah ini kondisi kesehatannya baik-baik saja,” ujar Geschke.
Orang utan memiliki kemiripan DNA dengan manusia hingga 97 persen, itu artinya Pulang adalah binatang terdekat dengan manusia yang pernah menjalani pemindaian tubuh di mesin tersebut. Jennifer Richardson dari Rumah Sakit Hewan mengatakan orang utan bukan pasien kebanyakan.
“Luar biasa sekali bisa melihat betapa samanya anatomi orang utan dengan manusia, meskipun Pulang memiliki lebih banyak otot ketimbang perempuan seusianya. Merupakan kesempatan langka membantu hewan yang terancam punah ini dan membantu tim Kebun Binatang Perth mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai masalah di hidung Pulang," katanya.
Pulang- yang pernah menjadi sorotan media pada 2009 karena sempat melarikan diri dari kandangnya- segera dikembalikan ke kawanan orang utan Sumatra di kebun binatang Perth dan bersatu kembali dengan putrinya, Lestari. Keduanya berada di antara 10 ekor orang utan Sumatra yang kini berada di Kebun Binatang Perth.
Pulang adalah anak dari Puan, yang berusia 60 tahun dan baru-baru ini dinobatkan sebagai orang utan Sumatra tertua di dunia.