Kamis 24 Nov 2016 16:35 WIB

Kasus Dugaan Penistaan Agama Tenggelamkan Elektabilitas Ahok

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Nur Aini
Burhanudin Muhtadi
Foto: Prayogi/Republika
Burhanudin Muhtadi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, kasus dugaan penistaan agama yang disangkakan ke Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ikut memberi pengaruh signifikan terhadap persepsi warga Ibu Kota dalam menentukan pilihannya pada Pilkada 2017.

"Isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) mengubah persepsi masyarakat Jakarta dalam menentukan pilihannya, dari yang tadinya bersifat rasional menjadi tidak rasional," ujar Burhanuddin, di Jakarta, Kamis (24/11).

Dia menuturkan, selama ini elektabilitas para kandidat pejawat selalu berbanding lurus dengan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja mereka. Namun, untuk situasi di Jakarta hari ini, hubungan kedua variabel justru menunjukkan hal yang sebaliknya.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia dari 15-22 November lalu, tingkat kepuasan warga Jakarta terhadap kinerja Ahok mencapai 69 persen. Akan tetapi, elektabilitas sang pejawat saat ini hanya 26,2 persen, berada di bawah pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni (Agus-Sylvi) yang mencapai 30,4 persen.

"Bagi saya ini sangat menarik. Karena di satu sisi mayoritas warga Jakarta mengakui kinerja Ahok selaku petahana (pejawat), tapi di sisi lain justru banyak dari mereka justru tidak memilih Ahok jika pilkada diadakan hari ini," tutur Burhanuddin.

Dia berpendapat, mencuatnya isu SARA akhir-akhir ini menjadi salah satu faktor paling berpengaruh yang membuat banyak pemilih di Jakarta enggan memilih Ahok, meskipun kinerjanya sebagai pejawat memperoleh apresiasi yang tinggi. Menurut Burhanuddin, isu-isu primordial saat ini lebih tertanam di dalam memori warga Jakarta, dibandingkan isu-isu yang bersifat teknokratis, substantif, dan rasional.

"Terpelesetnya Ahok dalam kasus al-Maidah ayat 51 membuat isu primordial yang sebelumnya mengendap, menjadi muncul di permukaan. Belum lagi efek mobilisasi dan pemberitaan media yang memunculkan tekanan kuat, sehingga persepsi primordial yang dulu pengaruhnya kecil, sekarang menjadi kian membesar," ucapnya.

Survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia dari 15-22 November 2016 lalu melibatkan 798 responden warga Jakarta yang sudah mempunyai hak pilih. Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan metode multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan wawancara tatap muka terhadap para responden. Adapun margin of error hasil survei tersebut sebesar plus minus 3,6 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement