REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon gubernur DKI nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sebelumnya sempat sesumbar bakal memenangkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017 di Ibu Kota dalam satu putaran. Namun, Direktur Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, justru menilai ucapan Ahok tersebut tidak masuk akal.
"Saya melihat (klaim Ahok menang satu putaran) itu tidak rasional. Karena data lapangan yang kami peroleh saat ini menunjukkan, tidak ada satu pun kandidat yang bisa menang dalam satu putaran," ujar Burhanuddin kepada Republika.co.id, Kamis (24/11).
Dia mengatakan, dalam UU No 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta disebutkan, syarat calon gubernur Ibu Kota memenangkan pilkada dalam satu putaran harus memperoleh 50 persen plus satu suara.
Sementara, hasil survei lembaganya menunjukkan bahwa ketiga pasangan calon yang bertarung di Pilkada DKI saat ini memiliki peluang yang sama untuk melaju ke putaran kedua. Survei terbaru yang dilakukan Indikator Politik Indonesia menyebut pasangan Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni (Agus-Sylvi) berhasil memperoleh dukungan 30,4 persen responden.
Selanjutnya, disusul oleh pasangan pejawat Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) dengan elektabilitas sebesar 26,2 persen. Di peringkat terakhir, pasangan calon nomor urut tiga Anies Baswedan dan Sandiaga Uno (Anies-Sandi) meraup 24,5 persen suara responden, atau hanya terpaut 1,7 persen dari Ahok-Djarot.
"Jadi, bukan hanya Ahok. Agus dan Anies pun belum mampu mencapai 50 persen plus satu suara di Pillkada DKI nanti. Karenanya, tidak satu pun kandidat yang berhak mengklaim bakal menang satu putaran. Skenario Agus dan Ahok, Agus dan Anies, atau Anies dan Ahok melaju ke putaran kedua Pilkada DKI sangat mungkin terjadi," tuturnya.