REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kebakaran yang terjadi di Israel bagian tengah dan utara semakin membesar dan merembet ke sejumlah wilayah. Kebakaran diperparah dengan kondisi iklim Israel yang kering, tiada hujan, dan sedang diterpa angin timur.
Ratusan rumah rusak dan hancur akibat bencana tersebut. Namun, sejauh ini belum dilaporkan adanya korban jiwa atau korban cedera serius. Ahli cuaca setempat mengatakan, sebagian wilayah Israel tidak turun hujan selama berbulan-bulan. Angin kering diperkirakan akan terus meniup Israel dalam beberapa hari.
"Meteorologi bukan menjadi penyebab kebakaran, tapi bisa jadi penyebab penyebaran kebakaran. Udara akan tetap kering, setidaknya sampai Senin atau Selasa pekan nanti," ujar Kepala Eksekutif perusahaan peramalan cuaca Meteo-Tech, Noah Wolfson.
Menteri Pendidikan Israel sekaligus pemimpin Partai Yahudi, Naftali Bennett, mengatakan pelaku pembakaran bukanlah orang yang setia terhadap Israel. Tokoh yang mendukung pemukiman Israel di Tepi Barat ini, yakin pelaku tidak mungkin seorang Yahudi.
Walikota Haifa mengatakan telah memerintahkan warga yang memiliki alat pemadam untuk ikut memadamkan api. Sebagian besar warga dievakuasi ke stadion olahraga dan lokasi yang lebih aman lainnya. Haifa merupakan kota yang terkena dampak paling parah.
Sementara itu, Jalan Raya 443, yang menghubungkan Yerusalem dengan Tel Aviv telah ditutup sementara. Lalu lintas di jalan tersebut menjadi sibuk setelah api menyambar Kota Modi'in.