REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tersangka teroris RPW (24 tahun) diamankan oleh Densus 88 pada Rabu (23/11) lalu. RPW merupakan pemuda cerdas yang mampu merakit bom berkekuatan tiga kali lipat dari bom Bali 2002 dan 2005.
"Kita bandingkan misalnya bom Bali II, dia gunakan bahan peledak yang bahannya masih low. Kalau kita bandingkan bahan ini misalnya trinitrotoluena (TNT) bisa mencapai dua setengah kali kekuatan bom Bali I dan II," ujar Karopenmas Polri Kombes Rikwanto didampingi anggota pusat laboratorium Forensik Mabes Polri, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (25/11).
Dia menjelaskan RPW memiliki berbagai macam bahan peledak, di antaranya TNT, Anfo, Royal Demolition Explosive (RDX), dan Hexamethylene triperoxide diamine (HMTD). RDX, jelas Rikwanto, daya ledaknya bisa tiga kali lipat dari kekuatan bom Bali. Adapun HMTD berkekuatan dua kali lipat bom Bali, sedangkan Anfo satu kali atau setara daya ledaknya dengan bom Bali.
"Jadi kekuatannya sebesar itu kalau dia produksi secara besar," ujarnya.
Semua penjelasan tersebut tidak dibeberkan secara tiba-tiba, namun berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh tim labfor. "Kami sudah lakukan penelitian bahwasannya bom yang digunakan oleh dr. Azhari di Bali sudah uji kekuatanya dan kami bandingkan dengan data di lab. Kekuatanya bisa berlipat," ujar anggota Puslabfor.
Oleh karena itu Rikwanto bersyukur bahwa RPW (24) segera diamankan oleh Densus 88 sebelum bertambah besar kemampuannya yang diselewengkan. Sehingga kegiatan di laboratorium yang didirikan oleh RPW di rumahnya di Majalengka dapat segera dihentikan.
"Semuanya hanya skala laboratorium tapi ini adalah kunci kalau ini berhasil (dijual), dia akan menciptakan yang lebih besar, bisa satu mobil satu truk bisa," ujarnya.
RPW berhasil diamankan Densus 88 di rumahnya yang berada di lereng gunung di Majalengka. RPW merupakan kelompok Bahrun Naim yang merupakan salah satu petinggi ISIS di Suriah.
RPW berperan sebagai pembuat ramuan bahan peledak dengan keahlianya. RPW bekerja sesuai dengan pesanan dari teroris lainnya. "Kombinasi senyawa kimia yang sudah jadi ini dibuat atas pesanan dari daerah tertentu di sepenjang Sumatera, Jawa, Nusatenggara. Sebelum sempurna dan diedarkan ke pemesan sudah ditangkap Densus," jelasnya.
Baca juga, MUI Minta Warga tak Terprovokasi Bom di Gereja Oikumene Samarinda.