REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Densus 88 mengamankan tersangka teroris RPW (24 tahun) di Majalengka pada (23/11) lalu. RPW menerima pesanan membuat bahan peledak untuk meledakkan Mabes Polri dan beberapa gedung lainnya.
"Pada waktunya sasaran itu ditujukan kepada gedung-gedung DPR dan Mabes Polri, Mako Brimob, Kedubes Asing tertentu, stasiun tv tertentu, tempat ibadah dan kafe," ujar Karopenmas Kombes Rikwanto di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (25/11).
Menurut anggota Densus 88 yang enggan disebutkan namanya, ledakan tersebut akan dilakukan diakhir tahun, yakni Natal dan tahun baru.
Dia juga sedikit menjelaskan ihwal alasan lokasi yang menjadi sasaran ledakan tersebut. Karena gedung-gedung itu merupakan simbol dari demokrasi dan kelompok radikal menolak tentang demokrasi di Indonesia.
"Mengapa targetnya gedung DPR? Karena gedung DPR, MPR, simbol demokrasi, kenapa sasarannya Mabes Polri dan Mako Brimob? Karena penegakkan hukum adalah bagian dari demokrasi dan dia sangat anti demokrasi. Kelompok radikal sangat anti demokrasi," ujar dia yang menggunakan kemeja putih.
Terakhir dia juga menambahkan bahwa upaya pengeboman ini hanyalah rencana jangka pendek para kelompok teroris. Karena masih ada rencana jangka panjang yang sudah mereka siapkan yakni mendirikan negara Daulah atau negara khilafah.
Persiapannya kata dia yakni dengan merekrut anak-anak muda yang cerdas dan pintar ilmu eksak. Salah satunya adalah RPW yang bermula dari kesukaannya dengan bahan-bahan kimia dan suka mencoba hingga terekrut Bahrun Naim dan dikirimkan buku cara-cara membuat bom dari negara Timur Tengah itu.
"Itu yang harus dicermati. Harus kita waspadai karena kelompok ini sedang menyusun kekuatan, salah satu contoh barang-barang ini (bahan peledak) sebagai persiapan mereka," ujar dia.
Seperti diketahui RPW diamankan di rumahnya di Majalengka pada (23/11) lalu. RPW memiliki laboratorium untuk membuat bahan-bahan ledakan.
Baca juga, Pria Ini Disebut Bisa Rakit Bom Tiga Kali Lipat dari Ledakan Bali