Sabtu 26 Nov 2016 03:35 WIB

Sensus Australia Gagal, IBM Bayar Kompensasi Rp 300 Miliar

IBM menyampaikan permintaan maaf atas peran perusahaannya dalam sensus di awal tahun.
Foto: abc
IBM menyampaikan permintaan maaf atas peran perusahaannya dalam sensus di awal tahun.

REPUBLIKA.CO.ID,  MELBOURNE -- Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull mengutarakan perusahaan raksasa komputer IBM akan membayar lebih dari 30 juta dolar (atau setara Rp 300 miliar) sebagai kompensasi atas perannya dalam program sensus yang menimbulkan masalah.

PM Turnbull menggambarkan empat serangan online‘Distributed Denial of Service’ (DDoS) yang menyebabkan pemadaman situs selama 40 jam dan merepotkan jutaan warga Australia sebagai kejadian yang sebenarnya bisa diprediksi, sebenarnya bisa diketahui.

"Saya harus mengatakan -dan saya tak berusaha untuk melindungi siapapun di sini -bahwa kegagalan besar itu disebabkan IBM dan mereka telah mengakui hal tersebut, mereka telah membayarnya dan seharusnya memang begitu," ujar PM Turnbull.

"Mereka dibayar besar untuk menyediakan layanan khusus dan mereka gagal," imbuhnya.

PM Turnbull mengatakan, ganti rugi akan "benar-benar mencakup" biaya kegagalan situs, yang telah ditagihkan hampir sebesar 30 juta dolar (atau setara Rp 300 miliar) oleh Biro Statistik Australia (ABS).

"Tak akan berlebihan rasanya untuk mengatakan bahwa kami memiliki kesepakatan sikap atas kegagalan kinerja IBM di sini dan mereka telah mengakuinya, mereka sudah membayar ganti rugi dan kami akan belajar dari insiden ini dengan sangat teliti," jelasnya.

Komentar Perdana Menteri muncul setelah penasehat keamanan sibernya, yakni Alistair MacGibbon, merilis sebuah laporan kritis yang menggambarkan sensus itu sebagai pukulan serius bagi kepercayaan publik terhadap pelayanan pemerintah.

Pemerintah juga telah menerima semua rekomendasi dari penyelidikan Senat terhadap sensus, yang menemukan bahwa program ini terganggu karena persiapan yang buruk, proses pengadaan lelang yang tidak layak dan berubahnya Menteri.

Informasi kunci:

• Serangan ini menyebabkan 40 jam berhentinya situs sensus yang "benar-benar bisa diprediksi, benar-benar bisa diketahui"

• "IBM telah membayar ganti rugi dan seharusnya memang begitu," kata Malcolm Turnbull

• PM Turnbull mengkritik ABS, mengatakan bahwa seharusnya lembaga ini mengelola kontrak IBM dengan lebih baik

Badan Statistik disebut terlalu percaya pada IBM

Meski menyalahkan IBM atas kegagalan tersebut, Perdana Menteri juga mengkritik ABS, mengatakan bahwa seharusnya lembaga ini mengelola kontrak dengan IBM secara lebih baik. "Apa yang sangat jelas adalah bahwa ABS terlalu percaya pada IBM, dan jujur saja, IBM adalah salah satu merek terkenal di dunia komputer," sebut PM Turnbull.

Ia mengatakan, sensus akan terus diadakan secara online, mengingat pemerintah dan kontraktor telah memetik pelajaran dari sensus yang bermasalah itu. "Ini bukan serangan terencana atau serangan internasional yang hebat terhadap sensus, ini adalah masalah biasa, serangan layanan yang benar-benar bisa diprediksi, bisa diketahui" terangnya.

Pemimpin oposisi Bill Shorten mengatakan, Pemerintahan PM Turnbull perlu bertanggung jawab atas kegagalan sensus. "Mereka punya tiga tahun untuk mempersiapkan sensus. Mereka punya satu pekerjaan dan mereka bahkan tak bisa melakukannya dengan baik," ujar Bill.

Dalam penyelidikan Senat pada Oktober, IBM menyalahkan salah satu subkontraktornya karena tidak mengikuti protokol ‘geo-blocking’ untuk mencegah serangan DDoS. Hal Ini telah dibantah oleh subkontraktor tersebut.

Direktur IBM Australia, Kerry Purcell, menyampaikan permintaan maaf atas peran perusahaannya dalam sensus awal tahun ini, namun sekaligus mengatakan bahwa tak ada pihak yang diberi sanksi atau dipecat. "Ada banyak perubahan personel di IBM sebagai konsekuensinya, jadi saya kira perbaikan telah dilakukan," kata PM Turnbull.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/ibm-bayar-lebih-dari-rp-300-m-atas-kegagalan-sensus-australia/8059608
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement