REPUBLIKA.CO.ID, ASTANA -- Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev, Jumat (25/11), menolak usulan parlemen untuk menggunakan namanya sebagai nama ibu kota negara. Dengan penolakan itu, Nazarbayev menepis pemujaan yang meningkat terhadap dirinya, sosok yang telah memimpin negara di Asia Tengah itu sejak 1989.
Dalam potongan wawancara dengan TV Russia-24 yang diunggah kantor kepresidenan ke daring, Nazarbayev mengatakan nama ibu kota Astana tidak perlu diganti.
Sang presiden, melalui keputusannya itu, menghentikan pemujaan serupa oleh mantan pemimpin negara tetangga Turkmenistan, Saparmurat Niyazov yang namanya diabadikan sebagai sebuah nama kota industri. Nazarbayev dan Niyazov adalah para pemimpin komunis yang berkuasa setelah negara mereka mendapatkan kemerdekaan dari Uni Soviet.
Niyazov dinyatakan sebagai presiden seumur hidup. Ia mengganti nama bulan dan hari-hari dalam sepekan serta menulis buku soal bimbingan spiritual, yang masih menjadi mata pelajaran wajib di sekolah selama beberapa tahun setelah ia meninggal pada 2006.
Nazarbayev dinyatakan sebagai Pemimpin Bangsa melalui undang-undang khusus yang memungkinkannya memimpin untuk periode yang tak terbatas. Ia pekan lalu mendapat kehormatan baru ketika bank sentral Kazakhstan mengatakan gambarnya akan muncul dalam sebuah pecahan mata uang negara itu.
Sejumlah monumen yang menampilkan sosok bekas buruh pabrik baja itu telah didirikan. Sebuah universitas dan jaringan sekolah juga dinamai dengan Nazarbayev. Kisah hidup Nazarbayev telah dibuat menjadi seri lima film cerita.