REPUBLIKA.CO.ID, Lebih dari 120 ribu orang, sebagian besar anak-anak terancam kelaparan akut tahun depan di Nigeria.
Dilansir Guardian, Sabtu (25/11), pertempuran lawan kelompok teror oleh pasukan Nigeria, Chad, Niger dan Kamerun telah membuat lebih dari dua juta orang mengungsi. Para petani tidak bisa panen dan pasukan bantuan tidak bisa menjangkau daerah terisolir.
Juru bicara kantor Office for the Coordination of Humanitarian Affairs PBB (UNOCHA) yang berbasis di Nigeria, Orla Fagan mengatakan penduduk di Nigeria sudah terancam mati karena kelaparan. "Sebanyak 120 orang akan meninggal jika kita tidak beri bantuan," katanya.
Menurutnya, sebagian besar diantara mereka adalah anak-anak. Kepala eksekutif Save the Children, Kevin Watkins mengatakan seluruh wilayah yang sudah mereka datangi sangat terancam malnutrisi akut. Masih ada wilayah yang mungkin lebih buruk kondisinya karena sulit terakses. "Diperkirakan ada 400 anak-anak yang dalam kondisi malnutrisi akut sekarang," kata dia.
Jika tidak ada bantuan, 200 anak diprediksi bisa meninggal per harinya tahun depan.Pertemuan darurat akan digelar Jumat depan di Abuja untuk menyeru lembaga bantuan melahirkan rencana aksi. Watkins mengeluh komunitas internasional sama sekali belum merespons kondisi darurat ini.
Kelompok Boko Haram sebenarnya sudah kehilangan basis dalam beberapa tahun terakhir. Namun aksi-aksi pemberontakan mereka masih tetap meneror warga. Ladang pertanian tidak bisa diakses dan banyak jalanan tidak bisa digunakan, termasuk untuk konvoi bantuan.
Situasi di sana sangat membutuhkan dukungan internasional. Pendanaan PBB untuk krisis Nigeria saat ini kurang 61 persen dari target. Dengan kata lain, PBB masih butuh 297 juta dolar AS lagi.
Gubernur Borno, Kashim Shettima mengatakan pertanian yang biasanya jadi mata pencaharian utama telah runtuh. "Sebagian besar petani kami sudah tidak meladang sejak empat taun lalu," kata dia.
Menurutnya, 80 persen penduduk Borno dilarang mengakses ladang mereka oleh Boko Haram. Sebagai akibatnya, sedikitnya 55 ribu orang di Nigeria timur laut terkena bencana kebakaran.
Menurut klasifikasi PBB, Nigeria menempati posisi kelima terburuk dalam keterbatasan pangan di dunia. Fagan mengatakan ini adalah krisis terbesar di Afrika yang diabaikan dunia. "Apa yang terjadi Aleppo juga sangat mengerikan, sama saja seperti bencana di sini, hanya saja beda konteks," kata Fagan. Angka pengangguran pun melebar diantara para pengungsi.
Guardian mengunjungi Maiduguri yang memiliki lebih dari 600 ribu pengungsi. Di klinik-klinik yang dijalankan Médecins Sans Frontières, banyak pasien malnutrisi akut. Sebagian besar adalah anak-anak.
Seorang ibu, Hauwa Nana mengatakan satu dari lima anaknya mengalami kelaparan hingga meninggal. Ia takut akan ada anaknya yang lain bernasib sama. "Saya hanya bisa memberi mereka makan sekali sehari," kata dia.