Sabtu 26 Nov 2016 10:47 WIB

Umat Hindu Gelar Ritual Tumpek Kandang

Umat Hindu di Bali melakukan Ritual Melasti di Pantai Sanur. (Ilustrasi)
Foto: ANTARA
Umat Hindu di Bali melakukan Ritual Melasti di Pantai Sanur. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Umat Hindu di Bali menggelar kegiatan ritual Tumpek Kandang dengan mempersembahkan rangkaian janur (banten) kombinasi bunga, kue, dan buah-buahan khusus untuk binatang piaraan yang mampu meningkatkan pendapatan keluarga, Sabtu.

Direktur Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr Ketut Sumadi di Denpasar mengatakan, pada kegiatan yang digelar secara berkesinambungan setiap 210 hari sekali itu umat memuja Ida Betara Siwa dalam manifestasi sebagai Rare Angon.

"kgiatan ritual pada hari yang istimewa tersebut merupakan korban suci untuk semua jenis binatang yang hidup di alam semesta, namun umumnya ditujukan terhadap binatang piaraan, seperti sapi, babi, ayam, dan usaha ternak kreatif lainnya," ujarnya, Sabtu (26/11).

Tradisi Tumpek Kandang bermakna memberikan kesucian terhadap binatang, yang dipelihara masyarakat agar mampu memberikan kesejahteraan bagi umat manusia. Oleh sebab itu, hampir semua masyarakat melakukan kegiatan ritual itu di kandang sapi, kerbau, ayam, maupun babi milik petani di Bali, terutama di daerah "gudang beras" Kabupaten Tabanan.

Masyarakat Bali mewarisi Tumpak Kandang untuk menjaga tradisi memelihara kelestarian alam, keseimbangan ekosistem dalam mewujudkan hubungan yang harmonis sesama umat manusia, lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa (Tri Hita Karana).

Ketut Sumadi menjelaskan, semua jenis binatang piaraan termasuk yang hidup di hutan atau di kebun binatang sedapat mungkin dijaga serta diperlakukan seperti merawat diri manusia sendiri.

"Ritual Tumpek Bubuh, Tumpek Kandang, Wana Krtih, Danu Krtih, Segara Krtih, atau berbagai sarana upakara dalam ritual di Bali bisa menjadi bukti adanya perlakuan istimewa penguatan hubungan simbiosis mutualisme, saling melengkapi dalam Tri Hita Karana yakni hubungan yang harmonis dan serasi sesama manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa," ujar Sumad

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement