REPUBLIKA.CO.ID, MADISON -- Wisconsin akan melakukan penghitungan suara ulang terhadap hasil pemilu 8 November lalu. Salah satu kandidat presiden dari Green Party, Jill Stein bersikeras mengatakan publik perlu memastikan sistem pemilu yang dapat dipercaya.
"Kita akan melakukan ini untuk memastikan integritas sistem kita," kata Juru bicara Green Party, George Martin, Jumat (25/11).
Stein yang memperoleh suara nasional sebanyak satu persen telah melayangkan permintaan resmi pada otoritas Wisconsin. Ia berjanji akan melakukan hal yang sama di Michigan dan Pennsylvania. Pejabat Wisconsin mengonfirmasi tak lama setelah permintaan Stein bahwa mereka akan melakukannya.
Penghitungan sura ulang ini pertama kali dalam sejarah. Stein mengumumkan dalam situsnya, ia siap mengumpulkan uang untuk mendanai penghitungan suara ulang, baik di Wisconsin maupun Pennsylvania. Ia juga akan mencari dana untuk hitung ulang di Michigan.
Banyak pakar menilai kemenangan Trump mengejutkan di beberapa negara bagian yang mengambang. Apalagi setelah otoritas mengumumkan suara populer untuk Hillary Clinton lebih tinggi dua juta suara. Dalam suara elektoral, Trump memimpin jauh di Wisconsin dan Pennsylvania. Padahal Demokrat selalu menang di Wisconsin selama 32 tahun. Sementara di Michigan, ia bersaing tipis dengan Clinton. Dalam sejarah, Republik tidak pernah memenangkan negara bagian itu sejak 1988.
Wisconsin tidak pernah melakukan hitung ulang sebelumnya dalam sejarah. Namun Pejabat wilayah, Michael Haas mengumumkan tahun ini mereka akan melakukannya. Menurutnya, ini adalah permintaan Stein dan kandidat independent Rocky De La Fuente.
"Komisi siap untuk hitung ulang suara untuk presiden AS, seperti permintaan kandidat-kandidat ini," kata Haas. Menurutnya, hitung ulang akan selesai pada 13 Desember.
Proses ini akan mengorek kocek sekitar 790 ribu dolar AS. Di Michigan, suara akan disahkan pada Senin. Tenggat waktu untuk meminta hitung ulang adalah Rabu.
Sementara itu, tim presiden terpilih, Donald Trump mengenyampingkan perkembangan baru tersebut. Trump memilih dua pejabat lagi pada Jumat yang akan mengisi kabinet. Tim Trump tetap berasumsi bahwa mereka akan memimpin penuh dalam 55 hari lagi. Trump memilih fokus membangun pemerintahannya dan mengenyampingkan segala gangguan.